Mari Bertualang dan Menjelajah Keindahan Tanah Sumba

adv | CNN Indonesia
Kamis, 09 Nov 2017 15:45 WIB
Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki 1001 cara untuk mempromosikan destinasi wisata secara masif.
Jakarta, CNN Indonesia -- Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki 1001 cara untuk mempromosikan destinasi wisata secara masif. Kali ini, NTT mengundang 100 peserta dari dalam dan luar negeri ambil bagian dalam Indonesia Adventure Festival (IAF) di Pulau Sumba.

Mengusung tema besar ‘Jelajah Tanahumba 2017’ acara ini akan berlangsung enam hari penuh pada 14-19 November mendatang. Peserta nantinya akan menjelajahi 24 lokasi wisata di Pulau seluas 11,153 km2 ini. Partisipan berasal dari media dalam dan luar negeri, fotografer, dan agen-agen travel.

IAF di Pulau Sumba secara simbolis diresmikan di Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata, Selasa, (7/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nantinya, acara akan start dari Kabupaten Sumba Barat Daya dan finis di Kabupaten Sumba Timur. Selama menjelajahi Pulau Sumba, para peserta menginap di desa -desa adat, menonton langsung upacara adat dan kesenian daerah.

Yang paling menarik, peserta dapat menyaksikan atraksi pacuan kuda khas NTT dan proses pembuatan tenun ikat, warisan budaya Sumba. Dua atraksi itu selama ini menjadi kekuatan utama Sumba.

Bupati Sumba Timur, Gidion Mbiliyora menjelaskan, Pulau Sumba memiliki segudang atraksi dan destinasi wisata yang tersebar di empat kabupaten. Misalya, Sumba Tengah memiliki ritual adat ‘Purung Ta Kadonga Ratu’ memiliki arti ‘Turun Ke Lembah Imam’.

Ritual turun temurun ini merupakan prosesi meminta hujan dari leluhur agar tanaman padi mereka tumbuh subur dan tanah mereka terbebas dari kekeringan.

“Agenda ini berlangsung sekitar Juli. Wisatawan akan kami ajak untuk hidup seperti orang Sumba,” kata Gidion.

Sementara itu, kerajinan tenun ikat menjadi daya tarik di Kabupaten Sumba Timur. Kain tenun ikat dari daerah ini biasa digunakan dalam upacara adat sekaligus sebagai cinderamata. Kain tenun ikat memiliki motif dengan nilai-nilai atau keyakinan masyarakat Sumba Timur dengan citra rasa seni tinggi.

“Kain tenun ini diproduksi secara manual dengan pewarna alam dan alat tradisional dan membutuhkan waktu hingga berbulan-bulan untuk merampungkan satu kain,” ucap Gidion.

Begitu pula Kabupaten Sumba Barat dan Kabupaten Sumba Barat Daya, memiliki tradisi Pasola, yaitu ritual upacara rasa syukur berupa permainan ketangkasan. Permainan ini dilakukan oleh dua kelompok yang saling melempar lembing kayu dari atas kuda pacuan.

Wakil Bupati Sumba Barat Marthen Ngailu Toni menambahkan, Pasola masih dipertahankan penduduk Sumba yang menganut kepercayaan asli Marapu, bertujuan menyambut musim panen. Pasola digelar sekali dalam setahun pada Februari dan Maret.

"Pasola menjadi ritual sakral dan bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan," kata dia.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Esthy Reko Astuti menilai, IAF Pulau Sumba merupakan ajang promosi sekaligus mendongkrak nilai jual Pulau Sumba . Dia berharap, penyelenggaraan IAF di tahun kedua ini semakin menambah minat turis asing dan domestik untuk berpelesir ke NTT.

“Event petualangan IAF 'Jelajah Tanahumba 2017' sebagai sarana promosi meningkatkan kunjungan wisatawan, sekaligus memberikan dampak langsung terhadap kemajuan pariwisata Pulau Sumba mengandalkan potensi budaya (culture), alam (nature), dan buatan (manmade),” kata Esthy didampingi Deputi Pengembangan Komunikasi Pemasaran Pariwisata Nusantara, Putu Ngurah dan Kepala Bidang Wisata Alam Hendry Noviardi.

Menurut Esthy, selain memiliki potensi budaya melimpah, keindahan alam dan wisata bahari di Pulau Sumba telah menjadi magnet dunia internasional.

"Terbukti dengan resort terbaik dunia di Sumba Barat, Nihiwatu, sekaligus ombak yang bagus untuk surfing,” ujarnya.

Di sisi lain, Menteri Pariwisata Arief Yahya juga menyambut baik promosi besar -besaran di Pulau Sumba melalui event IAF 2017.

"Tentunya ini akan menjadi sarana promosi bagus bagi pariwisata Indonesia," ujar Arief.

Menteri asal Banyuwangi ini berpesan, penyelenggaraan festival budaya tersebut terpogram dengan baik, dari sisi tempat dan jadwal karena bisa menjadi referensi pelancong untuk datang ke Sumba.

“Harus selalu memikirkan cultural value dan sekaligus commercial value-nya, agar sustainable,” kata Arief.
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER