Jakarta, CNN Indonesia -- Namanya Temajuk. Mungkin belum banyak orang yang mengenalnya. Desa kecil di sudut utara Provinsi Kalimantan Barat itu jauh dari kesan megah. Listrik baru bisa dinikmati selama 6 jam sehari, sinyal telepon baru bisa dinikmati di beberapa titik, bahkan internet pun tak mampir ke desa ini. Tapi untuk urusan pariwisata, penduduknya sangat melek Sapta Pesona.
Temajuk menawarkan destinasi yang lengkap. Mulai dari bukit, pantai, wisata bawah laut, hutan mangrove, hingga deretan homestay nan cantik. Semua ada di Temajuk, yang kerap dijuluki sekeping surga di ekor Kalimantan.
“Saya punya keyakinan ke depannya, Temajuk akan jadi destinasi wisata kelas dunia. Terbaik di dunia,” tutur Bupati Kabupaten Sambas, Atbah Romin Suhaili.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ungkapan itu bukan tanpa alasan. Pasalnya, modal keindahan alam Temajuk berada di atas rata-rata. Kondisi pantainya masih alami, sedang pasir putihnya terhampar luas. Belum lagi gugusan bebatuan granit yang indah seperti di Tanjung Kelayang, Belitung.
Di Temajuk, pelancong juga bisa menikmati indahnya matahari terbenam di dermaga panjang dusun Camar Bulan. Atau berwisata di pusat peneluran penyu terpanjang di Indonesia, sepanjang 63 km dari total 90 km garis pantai Temajuk. Bisa juga menikmati suasana unik ketika menyaksikan langsung melihat panen ubur-ubur.
Akses ke Temajuk saat ini sedang terus dibenahi. Kementerian PUPR bersama Zeni TNI dan kontraktor BUMN, telah bekerja sama membuka jalan parallel di sepanjang perbatasan dengan Malaysia.
Jalan ini membentang dari Kalimantan Utara hingga Temajuk dan Kalimantan Barat sepanjang 1.900 Km. Pembangunan fisik sudah terlihat mulai penimbunan, perataan, pekerasan tanah dan perkerasan agregat. Bila selesai, Temajuk diprediksi bakal kebanjiran wisatawan lantaran di saat bersamaan, Malaysia juga ikut membangun jalan Van Borneo di wilayah perbatasan yang membentang dari Teluk Melano hingga Sabah.
“Terima kasih Presiden Jokowi. Dengan dimulainya pembangunan jalan, itu bisa menarik para pengunjung ke Temajuk. Jika jalan dikerjakan secara cepat, saya yakin Temajuk akan lebih maju. Lebih terbuka. Dan menjadi daerah destinasi dan didukung oleh masyarakat, jual beli masyarakat," kata Atbah.
Dari sisi atraksi pariwisata, Temajuk juga sudah mulai disentuh Kementerian Pariwisata. Ini bisa dilihat dari Festival Pesisir Paloh, yang berlangsung pada 5-11 November 2017.
Di Festival ini, rombongan Kemenpar yang dipimpin PIC Crossborder Kalbar Eddy Susilo ikut memboyong pedangdut Nita Thalia. Hasilnya? Sekitar 15 ribu orang langsung menyerbu Temajuk. Kawasan yang tadinya sepi berubah jadi lautan manusia.
“Temajuk itu indah. Saya sempat menyambangi pos observasi Penyu di Temajuk. Tempatnya bagus. Jadi kalau mau berwisata nggak perlu repot-repot ke luar negeri. Di Indonesia sudah cukup kok karena ada banyak destinasi indah yang bisa dieksplor,” tutur Nita Thalia.
Untuk urusan amenitas, Temajuk sudah memiliki 60 homestay berasitektur keren. Mau cari rumah terbalik? Homestay kayu dengan pemandangan pantai yang panjang? Homestay high end dengan pemandangan batu-batu granit sebesar gajah? Semuanya ada di Temajuk.
Pelopor homestay di Temajuk bernama Atong. Rumah terbalik dan homestay di bibir pantai yang panjang digarap Asong. Sementara homestay modern digarap Akong, dan ketiganya saling mendukung satu sama lain.
Desain homestay direncanakan dengan sangat matang dan terkonsep. Desain rumah disesuaikan dengan tipologi rumah dan bangunan khas yang ada di Temajuk dan Nusantara.
“Ide awalnya adalah mencari sumber pendapatan lain di luar berkebun dan nelayan. Karena Temajuk itu indah, saya mulai kepikiran membuat homestay,” tutur Atong.
Untuk menyiasati keterbatasan listrik, homestay pun didesain dengan prinsip hemat energi. Tembok homestay dibuat berongga. Cahaya dan udara jadi bisa terasa hingga di dalam rumah.
”Desain homestay-nya saya arahkan untuk mengakrabkan wisatawan dengan nuansa Temajuk yang masih sangat alami. Sengaja saya tidak kasih televisi agar wisatawan dapat berinteraksi sekaligus belajar mengenai keindahan alam dan kebudayaan Temajuk,” terangnya.
Untuk bahan, Atong mengambil material kayu yang banyak betebaran di Temajuk. Penggunaan material lokal yang melimpah namun masih belum dimanfaatkan.
“Hampir semuanya kami bangun tanpa campur tangan pihak mana pun. Mudah-mudahan tidak lama lagi Temajuk kebagian sinyal telepon yang mumpuni dan jaringan internet. Ini untuk mengakomodir wisatawan generasi milenial yang gemar selfie dan mem-posting kegiatan liburannya ke media sosial,” tutur Atong.
Menteri Pariwisata Arief Yahya pun tak segan melayangkan pujian. Baginya, Temajuk adalah sebuah surga. Surga yang indah untuk diabadikan dalam sebuah gambar, surga yang eksotik untuk digali keindahan setiap sudut panoramanya. Dan surga yang menjadi agenda wajib dalam daftar kunjungan.
“Ini potensi pariwisata yang besar. Kami akan terus bantu pasarkan agar makin banyak yang berkunjung ke Temajuk. Saya kira events crossborder bisa jadi solusi. Mudah-mudahan ini bisa jadi destinasi wisata bagi warga perbatasan di Malaysia,” harap Arief Yahya, Menteri Pariwisata RI.