Jakarta, CNN Indonesia -- Brenn menatap tajam ke kamera seperti model profesional lainnya. Kulitnya yang gelap tampak bersinar. Bibirnya tak tersenyum, tapi berkilau berkat sentuhan
lipgloss. Sedangkan rambut ikal pendeknya yang berwarna hitam dibiarkan kusut.
Foto wajah Brenn ini menjadi unggahan pertamanya di Instagram.
Pada foto berikutnya, Brenn menampilkan bentuk badannya yang lebih utuh. Dalam balutan bikini bertali hitam, dia berpose dengan lekuk tubuh yang besar tapi tetap menawan dengan editan yang sempurna.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
[Gambas:Instagram]Sekilas, Brenn tak ubahnya model profesional. Namun, jika dilihat dekat-dekat, rahasia Brenn bakal terkuak. Ada yang berbeda pada matanya. Seperti dilaporkan
CNN, Brenn sebenarnya bukanlah manusia nyata, melainkan ciptaan komputer kreasi fotografer fesyen Cameron-James Wilson.
Awal tahun ini, Wilson bekerja sama dengan agensi supermodel digital pertama di dunia, Shudu, yang membuat sensasi viral dan menghebohkan dunia permodelan. Wilson dan Shudu menciptakan model digital yang tampak seperti manusia nyata.
Rupa model yang meyakinkan itu bahkan membuat label fesyen Soulsky tertarik menggunakan jasa Brenn. Padahal, ketika itu Shudu belum menjelaskan bahwa Brenn hanyalah gabungan piksel di layar.
Brenn dan Shudu merupakan satu di antara banyaknya model yang diciptakan oleh komputer dan mulai mengancam keberadaan model profesional. Misalnya, Lil Miquela yang dibuat oleh
startup Los Angeles Brud, memiliki lebih dari satu juta pengikut, setara dengan model internasional seperti Devon Windsor dan Belle Lucia.
Salah satu agensi model digital lainnya yang berbasis di Inggris, Irmaz Models menyebut, model digital lebih mudah diatur dan disesuaikan dengan produk yang dipromosikan.
"Label dapat menentukan tampilan yang tepat dan diinginkan, mulai dari ras, jenis kelamin, hingga gaya rambut," kata pemimpin Irmaz Models yang juga mantan fotografer Playboy, Philip Jay.
Model-model ciptaan ini memberikan peluang baru untuk label dalam mengiklan produk sesuai dengan citra yang diinginkan. Mereka juga tak perlu khawatir model itu bakal meninggalkan label karena popularitas, pekerjaan yang padat, sikap yang buruk, atau semakin menua.
Agensi-agensi ini berencana menciptakan ragam rupa model dari berbagai ras untuk memberikan banyak pilihan pada label dan perusahaan. "Dunia model umumnya didominasi perempuat kulit putih. Tapi, kami bisa mengubahnya," tutur Jay.
Dalam menciptakan Brenn, misalnya, Wilson dan Shudu membuat model digital itu dengan perawakan besar dan kulit hitam. Tak hanya itu, mereka juga menciptakan model alien berleher panjang bernama Galaxia. Model alien ini juga dibuat oleh Irmaz Models.
Namun, di sisi lain model digital ini dipandang sebelah mata. CEO Wilhelmina Models, Bill Wackerman, mengatakan bahwa konsumen lebih menginginkan koneksi dari para model. "Orang menginginkan koneksi pribadi melalui mata yang nyata dan ekspresi yang nyata," katanya.
(asr/chs)