Ibu Menyusui Pekerja Butuh Dukungan Hebat dari Teman Kantor

Asri Wulandari | CNN Indonesia
Jumat, 24 Agu 2018 06:39 WIB
Seorang ibu bekerja yang masih menyusui anaknya lebih membutuhkan dukungan yang lebih besar dari rekan kerja.
Ilustrasi. (Foto: AdinaVoicu/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menjadi ibu menyusui bukanlah tugas mudah. Sederet tantangan kudu dihadapi, belum lagi ibu muda masa kini yang kerap berhadapan dengan dunia kerja.

Jika dahulu seorang ibu menyusui bergantung pada keluarga dan tetangga untuk mendapatkan dukungan moril, kini seorang ibu muda membutuhkan dukungan yang lebih besar dari rekan kerja.

Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti dari Texas Christian University menemukan bahwa dukungan dari keluarga dan tetangga saja tak cukup bagi ibu menyusui masa kini. Dukungan dari rekan kerja kini tampaknya lebih berdampak pada seorang ibu muda.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jika mereka (ibu menyusui) tahu bahwa rekan kerja dan atasan mereka mendukungnya, itu dapat membuat perbedaan besar," ujar salah satu peneliti, Joanne Goldbort, melansir Huffington Post.


Dalam penelitian ini, Goldbort bekerja sama dengan penulis utama Jie Zhuang. Mereka meneliti pengalaman 500 ibu menyusui di Amerika Serikat. Peneliti menyimpulkan bahwa kembalinya rutinitas kerja menjadi faktor utama mengapa seorang ibu berhenti menyusui.

Namun, dukungan dari rekan kerja membantu seorang ibu untuk terus menyusui. Sekitar 15 persen dari ibu yang terus menyusui setelah kembali bekerja mengaku memilih untuk memompa ASI lantaran memiliki rekan kerja yang mendorong mereka untuk melakukannya.

"Dukungan rekan kerja memainkan peran penting memengaruhi keputusan ibu untuk terus menyusui setelah kembali bekerja," kata Goldbort.

Pasalnya, seorang pekerja akan menghabiskan sebagian besar waktunya di tempat kerja. Artinya, seorang ibu menyusui akan menghabiskan sebagian besar waktunya dengan rekan kerjanya.

Selain itu, Goldbort dan Zhuang juga melakukan survei terhadap 1.000 pekerja pria dan wanita AS. Pertama, penelitian ini menyelidiki sikap para subjek penelitian terhadap kepedulian mereka akan kebutuhan seorang ibu memompa ASI-nya selama hari kerja.


Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa tiga dari empat orang yang disurvei menyatakan kesediaan mereka untuk memberikan jam istirahat khusus sebagai waktu sang ibu memompa ASI-nya.

Namun, sayangnya satu dari empat di antaranya menganggap bahwa waktu istirahat khusus ini tidak adil bagi mereka. Goldbort mencontoh, di sebuah perusahaan kecil yang terdiri dari 100 orang pekerja, seorang ibu yang sedang memompa ASI mungkin harus menghadapi 25 pekerja lainnya yang tidak mendukungnya.

Penelitian ini menyarankan agar perusahaan perlu meningkatkan iklim yang ramah ibu menyusui dengan memberikan waktu khusus untuk memompa ASI.

Saran-saran ini setidaknya memberikan jawaban untuk survei yang juga sempat dilakukan Goldbort sebelumnya. Jajak pendapat itu menyebutkan, lebih dari separuh ibu sebanyak 5.700 bekerja paruh waktu, dan 74 persen di antaranya bicara soal kurangnya dukungan dari masyarakat untuk seorang ibu menyusui di lingkungan sosial yang lebih luas.

Goldbort mengatakan, dukungan rekan kerja adalah permulaan yang bagus. Namun, dalam hal ini juga dibutuhkan adanya kebijakan budaya kerja terkait hal tersebut di setiap perusahaan. (asr/chs)
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER