Jakarta, CNN Indonesia -- Tren terus berkembang, tak terkecuali tren
desain interior. Namun, tak seperti
dunia mode, tren desain interior sedikit berbeda. Mode boleh bermain dengan potongan atau warna, tetapi desain interior tak melulu soal warna atau tema desain interior tertentu.
Desainer interior Indonesia, Ary Juwono menuturkan, berkat beberapa kali kunjungannya ke gelaran pameran di luar negeri, dia menangkap satu tren yang banyak dieksplorasi.
"Kali ini yang saya tangkap dari dunia desain interior itu bahwa desainer luar negeri banyak mengekspose material yang berkualitas," ujar Ary saat ditemui di sela pembukaan pameran
The Colour of Indonesia III: Maison 12 di Senayan City, Jakarta, akhir pekan lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penggunaan bahan atau material berkualitas turut memengaruhi hasil akhir, sekaligus menjadi bentuk pertanggungjawaban desainer pada klien.
Memang, sebelum ini tren desain interior sempat mengarah pada bentuk-bentuk yang dinamis atau futuristis. Namun, lanjut Ary, kini banyak orang lebih peka pada kualitas.
"Orang mulai tahu bahwa desain yang baik dapat dipertanggungjawabkan dari sisi pengerjaan maupun material," imbuh Ary.
Sebagai contoh, era sebelumnya teknologi
laser cut sempat memudahkan pembuatan berbagai motif. Motif tinggal diterjemahkan ke dalam bentuk digital untuk kemudian diolah dengan mesin. Kini, kata Ary, orang lebih menghargai barang-barang buatan tangan atau
handcrafted.
Di samping kualitas bahan, desainer-desainer dunia juga seolah ingin memperlihatkan konten lokal atau kekhasan daerahnya. Di Indonesia, Ary mengamati bahwa keinginan akan barang-barang berbau 'barat' kian berkurang dan berganti pada sesuatu yang bernuansa Nusantara.
The Colour of Indonesia, pameran yang diselenggarakan Ary bersama 11 desainer lainnya, menjadi contoh bagaimana aplikasi nuansa budaya Indonesia pada interior. Berbagai konten lokal diangkatnya, mulai dari Papua, Kalimantan, dan Jawa untuk diaplikasikan ke dalam desain apartemen modern.
Desain semakin personalZawan kiwari memungkinkan seseorang untuk berkenalan dengan berbagai budaya anyar. Hal ini dinilai memengaruhi perbedaan preferensi setiap orang dalam memilih desain hunian.
Seiring waktu berjalan, kata Ary, ujung-ujungnya desain bakal mengarah pada sesuatu yang bersifat eklektik atau personal.
Hal itu jelas menjadi tantangan bagi para desainer interior. Mereka dituntut untuk peka dalam menangkap selera atau keinginan klien.
"Kami,
kan, konsultan, ini bagaimana kami meladeni klien dan mengerem ego," ujar Ary.
Oleh karena itu, Ary menyarankan Anda yang ingin meracik desain hunian untuk terlebih dahulu melakukan riset soal apa yang diinginkan.
(els/asr)