Jakarta, CNN Indonesia -- Ikut pameran internasional Brunei Travel Fair 2018, Indonesia lewat Kementerian Pariwisata (Kemenpar) tak tanggung tampilkan booth megah.
"Inilah yang diinginkan oleh Presiden Joko Widodo. Wibawa kita di pameran-pameran luar negeri. Booth Indonesia ini sangat berwibawa. Bagus dan desainnya luar biasa. Yang pertama saya lihat lagi adalah posisi. Posisinya sangat vital dan strategis," ujar Duta Besar Indonesia untuk Brunei Darussalam Sujatmiko dalam keterangan tertulis, Minggu (7/10).
Pameran ini digelar di International Convention Center Kementerian Hal Ehwal Luar Negeri dan Perdagangan, Jalan Stadium, Bandar Seri Begawan BB3910, Brunei Darussalam. Pameran digelar selama dua hari, yaitu 6 hingga 7 Oktober 2018.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Booth Indonesia memang sangat menonjol. Letaknya tepat di pintu masuk. Gagahnya Kapal Phinisi dan keanggunan payung Bali, serta gambar-gambar destinasi yang indah menjadi keunggulan booth Indonesia. Booth ini jauh lebih besar dari Thailand, Malaysia, bahkan tuan rumah Brunei.
"Kita memang bangsa yang besar, segala sesuatunya juga harus berwibawa. Ya seperti booth Kemenpar ini. Terima kasih kepada bapak Menteri Pariwisata Arief Yahya dan Kemenpar atas promosi Indonesia di Brunei ini," lanjutnya.
Plt Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar RI Ni Wayan Giri Adnyani bersama seluruh jajarannya berusaha terus merayu masyarakat Brunei untuk datang ke Indonesia. Apalagi, negara yang terkenal dengan kekayaan minyaknya itu memiliki banyak penerbangan langsung ke Indonesia, tepatnya tujuan Bali, Surabaya, dan Jakarta.
"Masyarakat Brunei memiliki banyak
spending money. Mereka lebih memilih ke London, Dubai, dan negara-negara Eropa.
Mindset ini harus kita rubah, mereka harus kita tawarkan bahwa Indonesia memiliki semua. Indonesia apa saja yang anda inginkan, semuanya ada di Indonesia," kata Ni Wayan.
Dalam pameran tersebut, Indonesia diikuti oleh 8
sellers dari tanah air. Komposisi industri domestik diwakili oleh daerah Aceh, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bali. Mereka berasal dari berbagai latar belakang industri dan tentunya destinasi yang indah.
"Jadi potensinya masih sangat besar. Akses juga bagus. Kultur yang sama. Mayoritas Muslim juga. Kami sangat optimis dengan pasar Brunei," kata Kepala Bidang Pemasaran Area III Asdep Pengembangan Pemasaran I Regional II Kemenpar Sapto Haryono.
Senada dengan Sapto, Asisten Deputi Pemasaran I Regional II Kemenpar Sumarni juga mengatakan bahwa market Brunei menjanjikan. Menurutnya, arus outbound-nya setiap tahun sangat besar.
"Kami akan berjuang menawarkan experience baru kepada Brunei Darussalam dengan paket-paket menarik," terang Sumarni.
Sepanjang 2016, total
outbound Brunei Darussalam mencapai 1,5 juta perjalanan. Kemampuan pengeluarannya mencapai US$870 per perjalanan. Rata-rata pengeluaran per hari mencapai US$161. Lama tinggal mereka rata-rata 5,39 hari. Oleh Forbes, Brunei menempati urutan lima dari 182 negara terkaya di dunia. Pada 2016, GDP Perkapita mencapai US$41.454.472.
Karakternya pun unik. Mereka dominan melakukan liburan untuk
leisure (46,03 persen),
relationship (30,16 persen), juga
business MICE (9,52 persen). Saat berada di destinasi, mereka suka menikmati wisata kota dan pedesaan. Persentasenya pun dominan, 87,30 persen. Sebanyak 31,75 persen menikmati kesenian juga kuliner. Slot 28,57 persen dihuni penikmat wisata sejarah, religi, juga halal. Namun, mereka kurang menyukai petualangan dan eco-tourism.
"Profil
market Brunei sangat kuat. Secara finansial mereka sangat kuat. Kondisi destinasi di Indonesia pun sesuai dengan minat mereka," ujarnya.
Sementara itu, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, ada banyak aspek pendukung bagi pariwisata dan salah satunya ketersediaan penerbangan langsung (
direct flight).
"Brunei ada Royal Brunei dan maskapai lainnya yang terbang langsung. Ini harus terus dijaga, dipromosikan dan dipelajari apa saja keinginan market Brunei. Terima kasih atas apresiasi bapak dubes. Kita semua memang harus bekerja sama untuk terus meningkatkan kunjungan wisatawan Brunei Darussalam ke Indonesia," kata Arief.
(egp/stu)