Jakarta, CNN Indonesia -- Saat Ahmad Dhani masih aktif membuat lagu yang bermartabat, ia bersama grup Dewa 19 sempat membuat lagu berjudul 'Selatan Jakarta' yang memotret situasi kawasan tersebut di medio 90-an.
Mulai dari daerah hijau yang terhampar luas hingga tubuh semampai di sudut plaza, diabadikan oleh grup musik asal Surabaya dalam album 'Pandawa Lima' yang dirilis tahun 1997.
Namun apa yang digambarkan oleh band pop legendaris Indonesia itu, tidak terlalu relevan setelah waktu bergulir sekitar 22 tahun lamanya. Kawasan Selatan Jakarta kini semakin padat oleh perumahan dan pertokoan. Daerah hijau yang terhampar luas itu kini tinggal cerita, meskipun masih bisa ditemukan di kawasan Jakarta yang menyerempet Depok atau Tangerang Selatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu indikasi kawasan hijau adalah masih adanya daerah penampungan air, entah itu berupa danau, waduk, hingga situ atau yang kerap disebut setu oleh masyarakat Jabodetabek.
Menurut data dari situs
Jakarta Open Data, pada 2015 jumlah setu waduk dan danau di Jakarta hanya berjumlah 55 buah.
Dalam kawasan Jakarta Selatan, hanya ada lima buah setu yaitu Setu Taman Makam Pahlawan Kalibata, Setu Rawa Lindung, Setu Pancoran Mas, Setu Manggabolong, dan Setu Babakan. Nama yang disebut terakhir menjadi satu-satunya kawasan yang kerap dikunjungi warga lantaran dijadikan salah satu objek wisata andalan Jakarta.
Kali ini saya memutuskan untuk mengunjungi beberapa Setu yang ada di Selatan Jakarta, termasuk Depok, untuk sekadar menyaksikan kondisinya.
09.30 - Setu BabakanJika ingin menuju tempat ini cukup ketik 'Setu Babakan' di aplikasi peta digital, dan kendaraan pun akan diarah menuju sebuah kawasan perkampungan budaya Betawi yang terletak di Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa.
Saya datang ke Setu Babakan dan masuk dari gang sebelah gerbang utama untuk menuju kawasan danau, karena saya ingat terakhir saya ke tempat ini ada beberapa motor yang masuk bukan dari pintu utama.
Setibanya di lokasi saya menikmati polah para pemancing 'kambuhan', sementara di dalam kawasan pusat kebudayaan Betawi Setu Babakan sedang ada puluhan siswa sekolah dasar yang sedang berkunjung. Riuh rendah suara bocah pun mewarnai pagi yang menjerumus siang ini.
![Menyambangi Situ di Selatan Jakarta [EBG]](https://akcdn.detik.net.id/community/media/visual/2019/03/30/27c96d1d-8a2a-4ae1-95ea-594ebf0c1e4b_169.jpeg?w=620) Setu Babakan di Srengseng Sawah, Jakarta Selatan. (Foto: CNN Indonesia/Agung Rahmadsyah) |
Dalam perjalanan menuju lokasi selanjutnya, saya melihat banyak warung yang mengelilingi danau Setu Babakan. Sayangnya saya ke sana bukan akhir pekan, sehingga tidak sedikit juga warung yang tutup akibat pengunjung yang tidak banyak.
Saya bisa membayangkan betapa riuhnya kawasan ini di akhir pekan, santapan khas Betawi dan hamparan air berlatar pepohonan rimbun adalah pemandangan langka di Jakarta. Setu Babakan adalah sebuah oase bagi kaum urban untuk sebuah hiburan murah bersama orang terdekat.
11.00 - Setu PladenSetu Pladen terletak di Beji, Depok, tidak jauh dari Kavling Pupuk Kujang. Setu ini terletak di tengah permukiman padat penduduk yang terbilang kumuh, bahkan saat saya sampai ke tempat ini aroma kurang sedap masih tercium meskipun samar-samar.
Pada awal tahun 2019, Setu Pladen mendadak disorot banyak orang karena Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar, datang ke tempat ini dan berjanji akan merevitalisasi Setu Pladen untuk keperluan pengairan, perikanan, hingga wisata alam.
![Menyambangi Situ di Selatan Jakarta [EBG]](https://akcdn.detik.net.id/community/media/visual/2019/03/30/87252bcb-4992-4caf-bd70-90cc24d6d414_169.jpeg?w=620) Setu Pladen di Beji, Depok. (Foto: CNN Indonesia/Agung Rahmadsyah) |
Berdasarkan info yang saya dapat dari seorang warga Depok, dulu luas Setu Pladen mencapai 3,5 Hektare namun kini hanya tersisa 1,5 hektare saja. Penyusutan lahan ini disebabkan oleh penimbunan, bahkan Depok kini hanya punya tidak lebih dari 22 Setu saja.
Nampaknya proyek revitalisasi Setu Pladen belum berjalan optimal, atau masih harus diberi waktu sampai genap satu tahun untuk melihat perkembangannya.
12.30 - Penampungan air di Kawasan Universitas IndonesiaDari kawasan Setu Pladen, saya tidak butuh waktu lama untuk mencapai kawasan Danau Kenanga yang terletak di dekat Masjid UI. Danau ini terlihat asri dengan pepohonan yang menaunginya. Jalan di samping danau juga bisa menambah suasana syahdu untuk menikmati hamparan air yang tenang minim riak itu.
![Menyambangi Situ di Selatan Jakarta [EBG]](https://akcdn.detik.net.id/community/media/visual/2019/03/30/55c77c1f-c719-4ef6-9933-306b93e107ad_169.jpeg?w=620) Petugas sedang membersihkan sampah di Danau Kenangan, UI. (Foto: CNN Indonesia/Agung Rahmadsyah) |
Kawasan UI adalah salah satu yang memiliki banyak tempat penampungan air dengan kondisi cukup terjaga, meskipun ada juga yang memiliki warna kurang bersahabat. Namun sebagian besar masih nikmat dipandang.
Selain penampungan air bernama Danau Kenanga, saya juga menyempatkan diri untuk mengunjungi danau di kawasan Faculty Club. Tempat ini sempat
booming karena kawasan
amphiteater-nya, dijadikan lokasi konser band Payung Teduh hingga Efek Rumah Kaca.
Tak hanya itu, sebuah danau yang cukup teduh di dekat asrama mahasiswa UI juga bisa menjadi pilihan menarik untuk menikmati kesenggangan waktu.
14.30 - Saung Mang EngkingBerkeliling danau di kawasan UI rupanya cukup menguras tenaga, dan saya sempat melihat sebuah rumah makan bernuansa alam di dekat Faculty Club.
Setelah saya masuk, akhirnya saya sadar jika konsep rumah makan ini adalah untuk keluarga. Makan sendirian atau berdua adalah sebuah kesalahan, jika kapasitas perut tidak mumpuni.
![Menyambangi Situ di Selatan Jakarta [EBG]](https://akcdn.detik.net.id/community/media/visual/2019/03/30/2aa1d9cf-9102-4b23-a613-99aa52b54579_169.jpeg?w=620) Menu makan di sebuah rumah makan keluarga kawasan UI. (Foto: CNN Indonesia/Agung Rahmadsyah) |
Untungnya saya datang ke tempat ini dalam kondisi kelaparan dan kapasitas perut cukup mumpuni, sehingga saya memutuskan untuk memesan cumi goreng crispy, sambal, sayur, dan minuman. Tentunya dilengkapi dengan nasi.
17.30 - Setu CitayamSemakin sore, cuaca di Selatan Jakarta semakin tidak bersahabat. Saya pun harus terburu-buru untuk menamatkan perjalanan sebelum hujan turus dengan derasnya.
Sayangnya saat di tengah jalan menuju Setu Citayam, saya sudah lebih dulu dihadang hujan. Sehingga mau tidak mau saya melanjutkan perjalanan dengan jas hujan.
Hujan pula yang memupuskan angan saya untuk menikmati momen mentari terbenam di sekitar Setu Citayam, yang terletak hanya beberapa meter dari Stasiun Citayam.
![Menyambangi Situ di Selatan Jakarta [EBG]](https://akcdn.detik.net.id/community/media/visual/2019/03/30/99da2f2c-5f52-471c-a8de-78638c5f8eb5_169.jpeg?w=620) Amphiteater di dekat danau dalam kawasan Faculty Club UI ini, kerap dijadikan lokasi pertunjukan band. (Foto: CNN Indonesia/Agung Rahmadsyah) |
Barangkali hujan adalah cara agar tempat penampungan air bisa tetap berfungsi sebagai mana mestinya. Danau, waduk, dan setu yang ada di kawasan perkotaan memang sudah selayaknya dilestarikan dan dijaga kebersihannya agar kita tidak sedikit-sedikit menyalahkan curah hujan saat banjir melanda.
Sementara saya menunggu hujan reda dari sebuah warung kopi dekat Setu Citayam, hujan masih belum menunjukkan gelagat untuk reda dan orang-orang yang turun dari kereta pun menumpuk di Stasiun Citayam yang nyaris tidak mampu menampungnya.
[Gambas:Video CNN]
(ard)