Bumi Semakin Panas, Pendakian Gunung Jadi Lebih Berbahaya

CNN Indonesia
Selasa, 30 Jul 2019 19:01 WIB
Salju di Pegunungan Alpen pelan-pelan punah karena bumi semakin panas. Pendakian jadi lebih berbahaya.
Desa Ginzling di Austria yang memiliki pemandangan Pegunungan Alpen. (REUTERS/Lisi Niesner)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pendaki di Pegunungan Alpen menghadapi kenyataan yang menyedihkan: tak ada lagi pemandangan salju yang indah.

Di area Mont Blanc, magnet bagi pendaki di musim panas, rute pendakian menjadi lebih berbahaya karena banyak batu berjatuhan dari puncak.

"Perubahan ini berlangsung dengan cepat. Sepuluh tahun yang lalu, saya tidak pernah berpikir bahwa kondisi akan menjadi seperti ini," kata Ludovic Ravanel, seorang akademisi di Universitas Savoie Mont Blanc yang telah mempelajari guguran batu di area tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dan jika Anda melihat prediksi dari rekan klimatologis saya, selama 10 hingga 20 tahun ke depan kondisi ini akan menjadi lebih buruk," katanya kepada AFP.


Di banyak daerah di barat Eropa, perubahan iklim terlalu lambat terjadi, meskipun terjadi dua gelombang panas yang memecahkan rekor pada bulan Juni dan Juli di musim panas ini yang diikuti oleh bencana kekurangan air.

Di sekitar Mont Blanc, pemanasan global telah meninggalkan bekas fisik di alamnya.

Pada tahun 2005, setelah gelombang panas besar terjadi dua tahun sebelumnya, serpihan granit besar yang disebut pilar Bonatti tiba-tiba runtuh, memuntahkan 292 ribu m3 batu ke lembah di bawah dan memukau komunitas gunung.

Pemandangan melelehnya salju dari Mont Blanc terlihat dari Chamonix, kota resor terdekat. Impian pendaki untuk mengikuti rute yang dilalui pendaki legendaris asal Italia, Walter Bonatti, seakan pupus sudah.

Ravanel mengatakan kalau guguran batu diakibatkan salju abadi yang biasanya merekatkan mereka, permafrost, sekarang meleleh.

Tak ada lagi pendakian legendaris

Kekhawatiran tentang dampak musim dingin yang lebih pendek dan musim panas yang lebih panjang adalah hal biasa di bisnis ski yang menghidupi kota-kota kecil di kaki Pegunungan Alpen.

Hingga saat ini kelompok pemandu dan pendaki terus membahas jalan keluar pendakian yang lebih aman dari guguran batu.

Seorang pemandu berusia 40 tahun dari kota terdekat, Thonon, memiliki kisah menakutkan saat mendaki area Aiguille du Peigne di daerah Chamonix.

"Batu-batu di sana mulai bergetar sebelum akhirnya berjatuhan," katanya.

"Sepertinya saya tidak akan ke sana dulu dalam waktu dekat."

Pemandu pendakian yang berusia rata-rata 30 tahun mengaku khawatir dengan masa depan karier mereka jika kondisi buruk ini terus terjadi.

"Tak bisa lagi memprediksi jadwal pendakian. Dulu pada bulan Juni kami bisa melakukan pendakian. Sekarang tidak terlalu sering. Lalu pada bulan Juli, lupakan saja yang namanya pendakian," ujar Remi.

Temannya, yang menolak menyebutkan namanya, mengatakan bahwa musim semi menjadi periode pendakian paling ramai dibanding musim panas.

"Sebaiknya datang sebelum bulan Juli-Agustus," katanya, yang juga menambahkan bahwa dirinya harus menghindari rute legendaris karena tak lagi aman.


Rute yang menghilang

Rute pendakian populer di Pegunungan Alpen ditulis dalam buku yang terbit pada tahun 1973 oleh pendaki terkenal Gaston Rebuffat yang berjudul '100 Most Beautiful Routes'.

Ravanel dan rekan-rekannya menganalisis rute tersebut yang telah berubah drastis dalam selama lima puluh tahun.

Mayoritas dari rute-rute ini telah dipengaruhi oleh perubahan iklim, menyimpulkan studi pada bulan Juni, termasuk 26 rute yang "rawan punah" dan tiga lagi sudah punah.

Tim spesialis gunung di Universitas Savoie Mont Blanc menilai jadwal pendakian yang optimal telah pindah ke musim semi dan musim gugur.

Sementara rute pada umumnya menjadi lebih berbahaya dan secara teknis lebih sulit.

Bagi para pemandu, kondisi yang tidak dapat diprediksi membuat pekerjaan yang memang berbahaya ini menjadi lebih menegangkan.

Tetapi beberapa tertarik menikmatinya selagi bisa.

"Saya mulai menerima beberapa hal," kata Yann Grava (33) yang akan menyelesaikan pelatihannya untuk menjadi pemandu tahun depan.

"Rata-rata, seorang pemandu dulu bisa bekerja selama sekitar 15 tahun, tapi bagiku kurasa sekitar 10 tahun. Gunung-gunung akan hilang."

(afp/ard)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER