Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang wanita bernama Mosammat Rashida dikucilkan di sebuah desa di
Bangladesh. Dia ditinggalkan oleh anak-anaknya dan dijauhi oleh tetangganya. Dia bahkan dicap sebagai penyihir.
Rashida tak pernah melakukan kejahatan apapun. Lalu apa salahnya? Suaminya dibunuh oleh harimau Bengal.
Rashida bukan satu-satunya perempuan yang dikucilkan di Bangladesh. Para '
janda-janda harimau' ini dianggap sebagai penyebab kemalangan pasangan mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Anak-anak lelaki saya mengatakan bahwa saya adalah seorang penyihir yang membawa sial," katanya kepada AFP di rumahnya yang berdinding papan tipis di desa Gabura, desa para pemburu madu yang terletak 10 ribu km persegi dari hutan bakau yang membelakangi Bangladesh dan India.
Suami Rashida meninggal saat sedang mengumpulkan madu di hutan-hutan di sana.
"Pemburu madu lebih suka mengumpulkan madu di area Sundarbans barat daya, tempat harimanu pemakan manusia tinggal," kata pakar harimau Bengla dari Universitas Jahangirnagar, Monirul Khan.
Kepergian sang suami membuat Rashida menjadi 'janda harimau.' Tak cuma di situ, sudah berduka karena ditinggal pasangannya, dia pun dikucilkan. Padahal di saat itu, mereka paling membutuhkan dukungan.
Mereka ditinggalkan dengan sedikit fasilitas untuk menghidupi diri sendiri atu keluarganya.
Namun sial bagi Rashida, hatinya makin terluka ketika putra-putranya yang telah dewasa - berusia 24 dan 27 tahun- meninggalkan dia dan dua adik-adiknya. Dia patah hati tapi tak terkejut.
"Mereka adalah bagian dari masyarakat ini," kata perempuan berusia 45 tahun ini sambil menyeka air matanya.
Perempuan ini dikucilkan di gubuk kecil tanpa atap. Atapnya terbang dihempas angin topan. Namun tetangga dan pejabat setempat tak ada yang menawarkan bantuan. Sebabnya, orang-orang yang membantu bakal dijauhi penduduk desa. Namun pejabat daerah membantah mengabaikan Rashida dan tak memberikan bantuan setelah topan.
Sebagai gantinya, dia menggunakan terpal tua untuk melindungi dirinya dari sengatan matahari dan hujan.
Di rumah sebelah, Mohammad Hossain sedang memperbaiki atap sengnya di rumahnya. Namun dia tak menawarkan bantuannya kepada Rashida untuk memperbaiki atapnya. Hossain mengaku diperintahkan istrinya untuk tak bicara dengan Rashida, apalagi menawarkan bantuan.
"Itu akan merusak kesejahteraan keluarga saya dan membawa nasib buruk," kata pemburu madu berusia 31 tahun itu.
Berbeda dengan Rijia Khatun. Perempuan ini sudah terbiasa dan sudah belajar mengatasi kesepian akibat dikucilkan penduduk desa setelah kematian suaminya 15 tahun lalu. Namun dia diam-diam didukung oleh keponakan dan keluarga lainnya.
"Putra-putra saya masih muda. Tapi tak ada yang membantu saya. Awalnya saya merasa kesal karena mereka terus menyalahkan saya atas kematian suami saya. Saya tak tahu apa kesalahan saya," katanya.
"Tapi saya belajar untuk hidup dengan hal tersebut."
Mengembalikan martabatKepala Ledar Bangladesh, Mohon Kumar Mondal mengatakan bahwa penganiayaan dan pengucilan terhadap janda harimau ini sudah tersebar luar di komunitas konservatif.
"Badan amal berupaya untuk mengembalikan martabat para janda. Tantangan utamanya adalah mengubah kepercayaan masyarakat," katanya.
"Hanya saja, perubahannya sangat lambat. Namun, ada kemajuan. Penduduk desa yang lebih muda dan berpendidikan, tak terlalu "takut" pada janda-janda ini."
(chs)