Jakarta, CNN Indonesia -- Beberapa pasang orang yang berkumpul di rumah
Seto Mulyadi tampak nyaris serupa--meski tak sepenuhnya sama tentu saja. Kalau tak busananya yang senada, wajahnya pun mirip-mirip. Terang saja, Sabtu (22/2) malam itu tengah ada perayaan ulang tahun ke-36 Yayasan Nakula Sadewa (YNS). Perkumpulan ini menjadi tempat bertemunya anak-anak
kembar sejak bertahun lalu.
Dan Seto, tergabung dalam yayasan tersebut. Pegiat isu anak sekaligus psikolog ini juga memiliki saudara kembar, Kresno Mulyadi.
"Kembar identik itu cenderung memiliki keunikan. Misalnya memiliki IQ dan selera yang sama," kata Seto kepada
CNNIndonesia.com.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di rumah Seto para kembar mengisi peringatan hari jadi itu dengan ngobrol diselingi kelakar. Salah satu pasangan kembar, Vina dan Vani bercerita keduanya kerap tampil serasi dengan baju seragam. Kadang mereka janjian, tapi sering pula kesamaan itu terjadi begitu saja.
"Dulu pernah tuh kami ketemuan di Purwakarta, datang pakai baju yang sama. Tapi kami kaget sendiri, padahal enggak janjian," ungkap Vina yang malam itu mengenakan baju senada dengan kembarannya, Vani.
"Suami aja enggak percaya. Malah bilang 'pasti janjian ya'," Vani menimpali.
Bukan hanya soal baju yang padu, perkara sakit pun keduanya bisa bersamaan. Mulai dari waktu yang nyaris berdekatan hingga jenis obat yang diminum. Vina dan Vani juga tak bisa menjelaskan mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Mereka mengira-ngira, barangkali ini soal ikatan perasaan atau
feeling.
Cerita serupa dialami Reno dan Rana. Profesi keduanya sama. Kini bekerja di tempat yang sama pula, sebagai performer di Trans Studio Cibubur.
 Reno dan Rana, saudara kembar anggota Yayasan Nakula Sadewa. (Foto: CNN Indonesia/Nadhen Ivan) |
Soal sakit, Reno punya cerita. Pernah suatu kali kepala Rana bocor, dan pada saat bersamaan, Reno merasakan pusing di kepala bagian belakangnya juga. Mereka baru sadar belakangan ketika saling berbalas pesan dan membahasnya di media sosial.
"Dia [Rana] pernah lagi show, terus bocor di sini [bagian belakan kepala], saya juga ikut pusing," tutur Reno.
Serupa pernah dialami Kresna dan Setia. Kembar berusia 73 tahun itu pernah didera patah tulang dalam waktu yang bersamaan.
"Patah tangan umur 10 pernah [bareng]. Saya [tangan] kiri, Kresna [tangan] kanan," cerita Setia.
Kedekatan sejak kecil itu mengantarkan keduanya memiliki kesamaan-kesamaan yang tak jarang menyulitkan orang lain untuk membedakan, mana yang Setia dan mana Kresna. Karena itu pernah suatu kali mereka sengaja memberi tengara dengan gaya rambut.
"Sengaja yang satu gondrong, yang satu enggak, biar bisa dibedakan," kata Setia lagi.
 Kresna yang berambut gondrong dan Setia berambut cepak, anggota Yayasan Nakula Sadewa. (Foto: CNN Indonesia/Nadhen Ivan) |
Saking dekatnya, tak jarang salah satu merasa sedih jika sedang terpisah jarak. Kalau sudah begini, waktu bertelepon, berkirim pesan pendek atau berbalas komentar di media sosial akan kian rapat.
Soal keunikan pasangan kembar yang bisa merasakan atau mengalami kondisi serupa tersebut belum dikaji secara ilmiah. Beratus tahun silam, Frederic Myers dan dua rekannya dalam penelitian--Edmund Gurnet dan Frank Podmore--yang mendirikan Society, pernah menyinggung soal telepati. Pada 1882 mereka melakukan survei mengenai keunikan pasangan kembar.
Akan tetapi Seto Mulyadi menuturkan, pengalaman-pengalaman serupa yang dialami oleh para kembar tersebut belum bisa disimpulkan. Penilitian ilmiah lebih lanjut tengah digarap International Society of Twins Studies (ISTS).
Meski begitu berdasarkan pengalaman selama berkecimpung dengan organisasi-organisasi kembar di dunia, Seto mengungkapkan kemiripan atau kesamaan kondisi pasangan kembar dianggap sebuah kelaziman. "Berdasarkan pengalaman dan cerita para kembar, itu memang [kesamaan kejadian] sangat lumrah terjadi," ujar dia.
Seto lebih lanjut mengungkapkan, para kembar akan sangat mungkin memiliki hobi juga kegemaran yang sama. Terbuka kemungkinan pula pasangan kembar menggeluti bidang yang sama.
[Gambas:Video CNN] (ndn/nma)