Studi: Hipertensi Meningkatkan Risiko Kematian Pasien Corona

CNN Indonesia
Jumat, 05 Jun 2020 09:06 WIB
Petugas medis penanganan COVID-19 mengenakan baju Alat Pelindung Diri (APD) ketika berada di ruang isolasi Rumah Sakit rujukan khusus pasien COVID-19 Martha Friska di Medan, Sumatera Utara, Kamis (2/4/2020). Pemerintah provinsi Sumut memperpanjang sekaligus menaikkan status menjadi Tanggap Darurat hingga 21 Mei 2020 untuk mempercepat penanganan dengan mempersiapkan sejumlah rumah sakit rujukan khusus menangani COVID-19 di wilayah Sumut. ANTARA FOTO/Septianda Perdana/aww.
Ilustrasi: Pasien Covid-19 yang menderita tekanan darah tinggi disebut dua kali lipat lebih berisiko meninggal dibandingkan mereka yang tidak. (Foto: ANTARA FOTO/SEPTIANDA PERDANA)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tim peneliti yang dipimpin Profesor Fei Li dan Ling Tao dari Rumah Sakit Xijing menemukan bahwa pasien Covid-19 dengan tekanan darah tinggi dua kali lipat lebih berisiko meninggal dibanding orang yang tanpa hipertensi. Selain itu, studi menemukan bahwa pasien hipertensi yang tidak minum obat untuk mengendalikan kondisinya, juga akan memiliki risiko kematian lebih besar akibat infeksi virus corona.

Penelitian dipublikasikan di European Heart Journal yang merupakan jurnal unggulan dari European Society of Cardiology. Para peneliti di China dan Irlandia secara retroaktif menganalisis data dari 2.866 pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit Huo Shen Shan di Wuhan, China selama 5 Februari hingga 15 Maret 2020.

Dari jumlah itu, sebanyak 29,5 persen atau 850 pasien memiliki riwayat tekanan darah tinggi atau hipertensi. Sementara empat persen di antaranya meninggal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peneliti senior yang juga pentolan studi, Profesor Fei Li mengatakan para pasien harus merawat diri apalagi selama masa pandemi. Orang dengan hipertensi harus lebih banyak mendapat perhatian, terlebih ketika diketahui terinfeksi virus corona pula.


"Penting bagi pasien dengan tekanan darah tinggi menyadari bahwa mereka berisiko lebih tinggi meninggal akibat Covid-19," tutur Fei Li yang juga seorang ahli jantung di Rumah Sakit Xijing di Xian, China seperti dikutip AFP.

Tim peneliti menemukan 34 (4 persen) dari 850 pasien hipertensi yang menderita Covid-19 meninggal, dibandingkan dengan 22 (1,1 persen) dari 2.027 pasien tanpa hipertensi. Itu sebab hasil studi menyatakan ada peningkatan risiko 2,12 kali lipat--setelah penghitungan dengan menyesuaikan faktor-faktor yang memengaruhi hasil seperti usia, jenis kelamin dan kondisi medis lainnya.

Sementara dalam meta-analisis terpisah dari penelitian lain yang mencakup 2.300 pasien Covid-19 di rumah sakit yang sama, para peneliti turut menyelidiki dampak berbagai obat pengontrol tekanan darah terhadap tingkat kematian.

Bertentangan dengan ekspektasi, mereka menemukan bahwa jenis obat yang diketahui sebagai inhibitor RASS--yang meliputi angiotensin perubahan dari enzim inhibitor (ACE) dan penghambat reseptor angiotensin (ARB)--tidak berkaitan dengan semakin tingginya tingkat kematian akibat Covid-19. Meskipun, risikonya terlihat agak berkurang.

Trik Makan Sehat Untuk Cegah CoronaFoto: CNN Indonesia/Fajrian
Trik Makan Sehat Untuk Cegah Corona


"Kami menyarankan agar pasien tidak menghentikan atau mengubah pengobatan anti-hipertensi seperti biasanya, kecuali diinstruksikan oleh dokter," kata penulis lain, Profesor Ling Tao.

Mulanya beberapa peneliti mengkhawatirkan bahwa inhibitor RAAS mungkin memfasilitasi masuknya virus corona ke dalam sel dan membuat orang lebih rentan.

"Kami cukup terkejut bahwa hasil ini tidak mendukung hipotesis awal kami; pada kenyataannya hasilnya berlawanan ... kami pikir ini adalah alasan mengapa praktik berdasarkan bukti klinis lebih penting dari apapun," ungkap Ling lagi.


Kendati begitu tim peneliti mengingatkan, hasil tersebut harus diperlakukan secara hati-hati karena jumlah pasien dalam analisis ini tergolong kecil. Sehingga, ada kemungkinan pula hasil tersebut terjadi karena kebetulan.

Para penulis pun memberi catatan bahwa penelitian mereka merupakan observasional retrospektif dan bukan berdasarkan uji klinis. Dalam studi ini peneliti membandingkan hubungan antara status hipertensi dan anti-hipertensi dengan tingkat kematian pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit.

Karena itu, penelitian lebih lanjut diperlukan sebelum membuat sebuah rekomendasi klinis yang tepat.

Disclaimer: penelitian ini masih membutuhkan kajian lebih lanjut dan mendalam sebelum bisa ditetapkan sebagai obat untuk mengatasi infeksi corona. WHO dan kemenkes hingga saat ini belum merekomendasikan obat tertentu untuk penyembuhan Covid-19.Foto: CNN Indonesia/Timothy Loen
(nma)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER