Seorang psikoanalis dan profesor klinis terkemuka di Fakultas Kedokteran Universitas George Washington, John Zinner menyatakan bahwa Donald Trump menderita gangguan kepribadian narsistik.
Zinner, yang juga kepala Unit Studi Terapi Keluarga di Institut Kesehatan Mental Nasional (NIMH), membuat penyataan tersebut dalam sebuah wawancara dengan psikiater forensik Yale, Bandy X Lee untuk Raw Story.
Pernyataannya itu sekaligus menanggapi klaim keponakan Donald Trump yang juga seorang psikolog klinis, Mary L, tentang kesehatan mental sang paman dalam memoarnya yang dirilis Juni lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat juga:Studi Sebut Orang Narsis Lebih Kebal Depresi |
Zinner, yang meneliti gangguan narsistik selama di NIMH, mengatakan bahwa ia sepakat dengan diagnosis Mary.
"Kita sedang dilanda badai yang sempurna, kombinasi dari pandemi mematikan dengan kegagalan total dalam kepemimpinan oleh orang yang seharusnya bertanggung jawab untuk mencegah keadaan darurat nasional yang mengerikan ini," kata Zinner, sebagaimana dilansir Independent.
Dia lanjut mengatakan, "Donald Trump telah mengecewakan kita karena dia, seperti biasanya, tidak kompeten, dan dia menderita gangguan mental yang sangat parah, yang membuatnya tidak mampu menangani masalah apa pun di luar kebutuhan pribadinya akan sanjungan."
"Kondisi mental yang dideritanya secara resmi dikenal sebagai kasus gangguan kepribadian narsistik yang parah."
Zinner memaparkan bahwa gangguan tersebut merupakan kegagalan di masa kanak-kanak sehingga mengembangkan rasa harga diri. Itu membuat seseorang kemudian bergantung pada pujian dari orang lain.
Pada 2017, Zinner sendiri sempat membuat klaim bahwa kesehatan mental presiden merupakan "ancaman eksistensial" bagi dunia karena ia memiliki kemampuan untuk meluncurkan senjata nuklir kapan saja.
"Apa yang tercakup di dalamnya adalah masalah harga diri yang mendasar, harga diri yang merasa tidak aman, bersanding dengan rasa besar dalam diri. Jadi orang tersebut memiliki citra diri yang sangat kontradiktif," katanya.
Kala itu, Zinner tidak mendiagnosis kesehatan mental Trump secara spesifik. Namun kini, ia termasuk di antara 37 profesional kesehatan mental lainnya yang berspekulasi tentang keadaan kesehatan mental Trump, menyusul peluncuran esai The Dangerous Case of Donald Trump: 37 Psychiatrists and Mental Health Experts Assess a President yang disunting Lee.
Hanya saja, klaim yang dibuat Zinner dan Lee ini kembali menuai polemik dari beberapa ahli psikiatri.
American Psychiatric Association menyatakan bahwa tidak etis bagi anggota untuk berspekulasi tentang kesehatan mental seorang figur publik yang tidak mereka periksa secara pribadi, di bawah Goldwater Rule. Zinner sempat mengklaim bahwa aturan tersebut tidak berlaku untuk presiden dan figur publik.
Presiden American Psychiatric Association, Susan McDaniel sempat buka suara pada 2016 dan secara tegas mengatakan bahwa keputusan itu juga berlaku untuk tokoh masyarakat.
"Kode etik dengan jelas memperingatkan psikolog agar tidak mendiagnosis siapa pun, termasuk tokoh masyarakat, yang belum mereka periksa secara pribadi," ujarnya.
John Zinner bukan dokter atau psikolog yang secara khusus memeriksa kesehatan mental Donald Trump. Diagnosis kesehatan mental umumnya diberikan secara resmi oleh psikolog atau psikiater setelah serangkaian pemeriksaan.
(agn)