Alasan Pasien Covid-19 di ICU Perlu Dibuat Tak Sadarkan Diri

CNN Indonesia
Rabu, 30 Des 2020 12:48 WIB
Ramai jadi perbincangan pasien Covid-19 yang dirawat di ICU sengaja dibuat tidak sadarkan diri. Apa perlunya?
Ramai jadi perbincangan pasien Covid-19 yang dirawat di ICU sengaja dibuat tidak sadarkan diri. Apa perlunya? (Photo by STR / AFP)
Jakarta, CNN Indonesia --

Ramai jadi perbincangan pasien Covid-19 yang dirawat di ICU sengaja dibuat tidak sadarkan diri. Hanya saja, tak semua pasien diperlakukan demikian.

Benarkah pasien Covid-19 di ICU perlu dibuat tertidur atau tidak sadarkan diri?

Proses membuat pasien tidak sadarkan diri dikenal juga dengan anestesi. Yaitu, mengistirahatkan pasien sehingga pasien tidak merasakan nyeri pada sebagian atau seluruh bagian tubuh melalui pengaruh obat bius.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dokter yang bertanggung jawab terhadap proses ini adalah dokter ahli anestesi atau dokter spesialis anestesiologi.

Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN) Profesor Syafri K Arif membenarkan pasien Covid-19 yang dirawat di ICU dibuat tertidur. Terdapat sejumlah alasan yang membuat pasien harus tertidur saat menjalani perawatan di ICU, terutama ketika sudah mendapatkan bantuan ventilator atau alat bantu pernapasan.

"Sebagian pasien yang sudah dibantu ventilator dibuat tidur untuk memaksimalkan hantaran oksigen dari ventilator ke paru-paru pasien," kata Syafri kepada CNNIndonesia.com, Selasa (29/12).

Pasien Covid-19 yang masuk ke ICU diistirahatkan saat hendak memasang ventilator. Pasalnya, pemasangan alat ventilator hingga ke saluran pernapasan dapat membahayakan pasien dan juga petugas medis jika pasien dalam keadaan sadar.

"Pertama, untuk memasang selang napas itu, salah satu usahanya pasien harus 'dilumpuhkan' dulu karena itu tindakan yang invasif atau berisiko," kata dokter spesialis anestesiologi Pramafitri Adi Patria kepada CNNIndonesia.com.

Adi menjelaskan proses pemasangan ventilator yang dilakukan dengan kondisi pasien sadar dapat menyebabkan aerosol menyebar ke seluruh ruangan. Hal ini terjadi karena pemasangan dilakukan di saluran pernapasan yang juga merupakan lokasi virus berada.

Artinya, risiko penularan kepada petugas medis seperti dokter dan perawat yang menangani akan semakin tinggi.

Selain itu, pasien yang dirawat di ruang ICU umumnya tidak lagi bisa bernapas dengan baik karena infeksi Covid-19 yang dideritanya sudah menggerogoti paru-paru. Kondisi paru-paru pasien biasanya sudah tidak berfungsi dengan baik.

Padahal, di saat yang sama pasien membutuhkan oksigen yang tinggi. Oleh karena itu, pasien ditidurkan dan dipasang ventilator.

"Kebanyakan pasien di ICU tidak bisa bernapas sendiri karena kondisi paru-parunya, padahal kebutuhan oksigennya semakin meningkat. Jadi, pasien dilumpuhkan sehingga kebutuhan oksigen menurun dan dapat terpenuhi dengan bantuan mesin," tutur Adi.

Kondisi pasien yang tidak sadarkan diri dengan bantuan oksigen dari mesin diharapkan dapat mempercepat proses penyembuhan.

Tim dokter akan memeriksa perkembangan pasien Covid-19 di ICU setiap harinya. Jika sejumlah indikator melalui pemeriksaan laboratorium menunjukkan perbaikan dan pasien dapat bernapas sendiri, maka pasien akan disadarkan kembali secara perlahan.

"Pasien Covid-19 biasanya agak lama pemasangan ventilatornya dibandingkan pasien non Covid-19 seperti stroke. Jika sudah membaik, tidak dilumpuhkan lagi, pengaruh obat perlahan akan habis dan bisa bangun kembali," kata Adi.

(ptj/chs)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER