icon-close

Sejumlah warga meninggalkan pantai usai menangkap nyale, atau cacing laut warna-warni, di Pantai Seger, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Kuta, Praya, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kamis (4/3). (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/rwa.)

Tradisi Bau Nyale merupakan tradisi turun temurun masyarakat Sasak Lombok dengan menangkap nyale yang muncul sekali setahun di pantai selatan Lombok. (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/rwa.)

Tradisi Bau Nyale tahun ini tetap digelar namun tanpa ada acara seremonial atau hiburan karena pandemi COVID-19. Petugas keamanan berjaga di sekitar pantai untuk mengingatkan pengunjung soal protokol kesehatan. (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/rwa.)

Warga memasukkan nyale yang ditangkapnya ke dalam botol. (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/rwa.)

Nyale dipercaya merupakan perwujudan Putri Mandalika yang zaman dahulu diperebutkan oleh pangeran-pangeran dari berbagai kerajaan di Lombok. (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/rwa.)

Putri Mandalika berubah menjadi nyale setelah loncat ke lautan karena enggan dipersunting pangeran-pangeran, karena ia khawatir terjadi perpecahan. (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/rwa.)

Uniknya, cacing berwarna-warni ini hanya muncul setahun sekali, sekitar bulan Februari sampai Maret. (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/rwa.)

Menangkap cacing harus dilakukan dengan tangan. Setelah berhasil ditangkap, biasanya masyarakat Lombok mengolahnya menjadi masakan khas. Tradisi Bau Nyale tahun ini juga digelar hingga malam hari. (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/rwa.)

icon-chevron-left
icon-chevron-right