Dokter: Tidak Hanya Paru-paru, TBC Juga Bisa Menyerang Usus
Perhatian warga dunia kini terpusat pada pandemi. Namun penyakit-penyakit infeksi lain tidak boleh diabaikan begitu saja, termasuk tuberkulosis (TBC/TB).
Dokter spesialis penyakit dalam di RS Universitas Airlangga (RS UNAIR), Muhammad Miftahussurur, mengingatkan bahwa Indonesia jadi negara penyumbang kasus TB terbanyak kedua setelah India. Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 2014, dari total kasus TBC global, India menyumbang 23 persen kasus, sedangkan Indonesia sebanyak 10 persen.
Mycobacterium tuberculosis atau bakteri penyebab TBC tidak hanya menginfeksi paru tetapi organ-organ lain di tubuh manusia. Dunia medis pun mengenal istilah TBC paru dan TBC ekstra paru, tuberkulosis yang menyerang organ selain paru-paru.
Dokter yang akrab disapa Miftah ini pun merujuk pada Jurnal Penyakit Dalam Indonesia September 2016, yang menyebut kasus TBC ekstra paru ternyata jumlahnya cukup besar.
"TB ekstra paru berada di kisaran 15-20 persen [dari total kasus TB], TBC di perut ada 11 persen. Ini relatif tidak kelihatan karena di dalam perut. Kasus usus buntu pernah dilaporkan penyebabnya TBC, radang usus pun ternyata TBC. Kita harus waspada bahwa penyakit TBC ini tidak hanya di paru-paru," ujar Miftah kepada CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon, Selasa (23/3).
Dari 11 persen kasus TB di perut, sebanyak 2-3 persen TB terjadi di usus. Barangkali sebagian orang tidak menyangka bahwa bakteri M. tuberculosis bisa sampai ke organ lain termasuk usus.
Dokter spesialis paru dan pengajar di UNAIR, Arief Bakhtiar menuturkan bahwa TBC menular lewat droplet atau tetesan cairan dari batuk dan bersin orang yang mengalami TB aktif. Selain itu, orang juga terpapar bakteri TB lewat airborne.
Orang yang terpapar bakteri penyebab TBC tidak serta merta terinfeksi TBC. Bakteri yang masuk akan dormant atau tertidur dan dalam kondisi tertentu akan 'bangun'. Dari paru, bakteri bisa masuk ke sistem pembuluh limfa dan sampai pada organ-organ lain termasuk susu. Saat bakteri yang dormant ini aktif, baru terjadi infeksi.
"Ada faktor-faktor yang membuat TB muncul. Tergantung jumlah kuman, frekuensi bertemunya kita dengan orang yang sakit. Makin sering kita ketemu, makin mudah tertular. Juga daya tahan tubuh," kata Arief.
Tentu Anda masih ingat dengan Ustadz Maaher At-Thuwailibi yang meninggal akibat TBC usus. Ini jadi bukti TB tidak bisa dianggap sepele. Seperti dilansir Alodokter, TBC usus memiliki gejala yang tidak spesifik dan mirip dengan penyakit usus lain.
- Sakit perut
- Demam
- Penurunan berat badan
- Sembelit
- Diare
- Pembesaran hati dan limpa
- Buang air besar disertai darah
Miftah menyebut pemeriksaan dengan rontgen kadang tidak menunjukkan hasil akurat. Pemeriksaan pun perlu didukung USG abdomen juga endoskopi untuk melihat saluran cerna lebih leluasa. Biopsi atau pengambilan sampel jaringan yang terinfeksi akan menghantarkan pada diagnosis yang lebih cepat.
"Pengobatan TBC ekstra paru menggunakan obat-obatan dengan konsentrasi lebih rendah sehingga prosesnya bisa lebih panjang," imbuhnya.
(els/agn)