Jakarta, CNN Indonesia --
Perkara toxic bukan cuma urusan pekerjaan tapi juga urusan hati.
Sebuah hubungan bisa jadi tidak sehat atau toxic relationship ketika satu pihak merasa terintimidasi karena perlakuan atau sikap pasangannya. Bisa jadi, salah satu pihak bersikap manipulatif untuk mendapatkan keuntungan dari pasangannya.
Dalam ilmu psikologi, hal tersebut disebut dengan manipulasi psikologi. Menurut Psychology Today, manipulasi psikologi bisa bersifat emosional dan tak disadari. Manipulasi psikologi juga bisa diartikan pada upaya untuk mengatur atau mengubah situasi, atau perilaku orang lain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anda mungkin pernah mencoba mempengaruhi apa yang orang lain lakukan, atau bahkan membuat situasi yang menguntungkan diri sendiri. Kadang kala ini membawa pengaruh positif, seperti saat memuji pasangan saat sedang bersih-bersih, yang sebenarnya juga bermanfaat untuk diri Anda sendiri. Rumah menjadi bersih, Anda senang, pasangan Anda senang dapat pujian.
Namun tak jarang juga sikap ini bisa membawa dampak buruk, bentuknya seperti ancaman yang memaksa Anda untuk memenuhi keinginan pasangan. Manipulasi paling bermasalah ketika terjadi dalam intensitas yang sering dan melibatkan perilaku paling ekstrim, seperti ancaman bunuh diri, memaksa Anda melewati batas-batas norma atau kebiasaan, atau mengharuskan Anda mengabaikan perasaan.
Karena seringkali dilakukan secara tak sadar, manipulasi dalam sebuah hubungan kerap dibiarkan hingga berujung menjadi hubungan tak sehat. Itu sebabnya ada baiknya Anda mengenal lebih jauh soal manipulasi psikologi dalam sebuah hubungan. Berikut empat tips yang bisa dilakukan agar terhindar dari toxic relationship.
1. Identifikasi
Psikolog Klinis asal Melbourne, Australia, Alona Guha mengatakan, meski sulit untuk mengidentifikasi apakah Anda berada dalam sebuah hubungan yang manipulatif, tapi perlu secara sadar memperhatikan arah hubungan Anda.
Beberapa contoh perilaku manipulatif tertentu mungkin termasuk terlalu bergantung dan meminta banyak dukungan, berpura-pura sakit agar mendapat perhatian, hingga mengancam bunuh diri agar tak berpisah.
Setelah menyadari salah satu dari perilaku tersebut, Anda bisa memberikan batas pada diri Anda sendiri dan membicarakannya dengan pasangan atau berkonsultasi dengan psikolog untuk keluar dari kebiasaan tersebut.
"Kemungkinannya adalah mereka tidak mungkin secara sadar menyadari bahwa mereka melakukan itu," kata Guha.
2. Bertanggung jawab secukupnya
Penting untuk mengingatkan diri sendiri bahwa orang yang terlibat dalam perilaku manipulatif mungkin menginginkan sesuatu dari Anda, dan Anda merasa bertanggung jawab atas mereka.
Pertama, jangan menurutinya. Setiap orang memiliki tanggung jawab untuk mengelola emosi, perilaku, dan kehidupannya sendiri, begitu juga Anda dan pasangan.
3. Menyadari batas
Anda mungkin perlu membuat daftar apa-apa saja batasan Anda dalam berhubungan dengan pasangan. Anda juga bisa membuat daftar perilaku manipulatif pasangan Anda.
Misalnya, ketika dihadapkan pada dua pilihan oleh pasangan, Anda sadar bahwa tak ada satu pilihan pun yang bisa membawa kebaikan dalam hubungan Anda dan dia. Kondisi lainnya adalah ketika Anda tak bisa memberikan bantuan keuangan pada pasangan lalu si dia marah tak terkendali bahkan mengancam.
"Penting untuk diingat bahwa batasan Anda adalah tentang seberapa banyak Anda dapat memberi, bukan tentang seberapa banyak yang diminta orang lain," kata Guha.
4. Memahami perilaku pasangan
Terkadang, memahami perilaku pasangan bisa membantu Anda keluar dari momen-momen yang manipulatif. Anda bisa mencari tahu, misalnya, kenapa pasangan Anda berbohong kepada Anda? Apa karena mereka cemas atau untuk melindungi dirinya sendiri? Apakah Anda harus bertanggung jawab? Kenapa pasangan Anda sangat agresif? Apakah baru saja ada masalah yang terjadi kepadanya?
Guha mengatakan, memahami perilaku pasangan mungkin tidak akan menghentikan perilaku manipulatif, namun dapat membantu Anda mengetahui sebab di balik perilaku agresif tersebut.