Saat melakukan seks pertama kali, Anda mungkin mendapati darah keluar dari vagina. Salah satu penyebabnya bisa karena hymen atau selaput dara melebar dan sobek saat penetrasi.
Namun, kondisi vagina berdarah bisa terjadi bukan saat seks pertama saja. Apa penyebabnya?
Sebagaimana dilansir Healthline, pendarahan setelah berhubungan seks secara medis dikenal sebagai pendarahan postcoital. Kondisi ini bisa terjadi pada orang di segala usia baik muda mau pun tua.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Umumnya, jika ini terjadi pada mereka yang lebih muda dan belum mencapai menopause, sumber pendarahan biasanya ada di leher rahim. Jika darah yang keluar hanya berupa bercak dan jarang terjadi itu adalah hal yang normal dan biasa saja.
Sebaliknya, jika perdarahan terjadi cukup sering sudah saatnya Anda melakukan pemeriksaan ke dokter.
Ada beberapa penyebab umum yang bisa Anda antisipasi jika perdarahan setelah berhubungan seksual sering terjadi.
Ada beberapa infeksi yang bisa menyebabkan vagina berdarah setiap kali seks dilakukan. Misalnya, infeksi menular seksual (IMS), servisitis, hingga vaginitis.
GSM sebelumnya dikenal sebagai atrofi vagina. Kondisi ini bisa terjadi pada mereka yang mengalami perimenopause dan menopause serta mereka yang ovariumnya telah diangkat.
Seiring bertambahnya usia, terutama saat periode menstruasi berhenti, tubuh bisa menghasilkan lebih sedikit estrogen.
Estrogen adalah hormon yang bertanggung jawab untuk mengatur sistem reproduksi Anda. Ketika kadar estrogen lebih rendah, beberapa hal terjadi pada vagina Anda. Tubuh Anda menghasilkan lebih sedikit pelumasan vagina, sehingga vagina bisa menjadi kering dan meradang.
Vagina kering bisa menyebabkan pendarahan. Jika Anda tidak cukup basah saat seks, perdarahan bisa terjadi saat rasa sakit tiada tara dirasakan ketika penetrasi dilakukan.
Salah satu manfaat utama dari kontrasepsi hormonal adalah kemampuan untuk mengatur siklus Anda. Tetapi hampir semua jenis kontrasepsi hormonal dapat menyebabkan bercak setelah berhubungan seksual.
Menurut laporan Health, kedua jenis infeksi ini memang umum terjadi. Diperkirakan, tiga dari empat wanita akan mengalami setidaknya satu dalam hidupnya. Meski demikian, pendarahan bukanlah gejala paling umum vaginosis bakteri atau infeksi jamur.
Mereka biasanya ditandai dengan perubahan warna atau bau keputihan serta ketidaknyamanan vagina seperti gatal berkepanjangan.
Rahim terdiri dari berbagai jaringan otot dan fibroid adalah pertumbuhan berlebih dari jaringan otot itu. Fibroid bisa sekecil kacang polong atau lebih besar dari jeruk bali dan biasanya tumbuh keluar dari dinding rahim.
Kebanyakan wanita bahkan tidak akan pernah tahu jika mereka memilikinya.
Masalah bisa muncul jika fibroid tumbuh terlalu besar. Jika itu terjadi, dokter mungkin ingin mendiskusikan pilihan pengobatan, seperti mengeluarkannya melalui operasi.
Berdarah saat berhubungan seks adalah gejala utama kanker serviks. Pendarahan biasanya ringan dan tidak menyakitkan. Ini karena sifat vaskular kanker serviks dan gesekan seks dapat mengiritasi jaringan dan menyebabkan pendarahan.
(tst/agn)