Ramai Dibicarakan, Siapa Saja yang Boleh Operasi Bariatrik?
Operasi bariatrik yang dijalani Melly Goeslaw beberapa waktu lalu cukup menarik perhatian publik. Operasi ini disebut-sebut bisa membantu orang yang ingin menurunkan berat badannya.
Lantas, siapa saja yang bisa menjalani operasi bariatrik?
Operasi bariatrik merupakan prosedur bedah digestif untuk modifikasi saluran cerna sehingga tercapai penurunan berat badan dan menghilangkan komorbid. Meski ada embel-embel 'penurunan berat badan', operasi bariatrik tidak bertujuan untuk membentuk badan kurus ideal.
"Justru operasi bariatrik jadi metode yang membantu pasien obesitas membentuk cara hidup baru," ujar dokter spesialis bedah-subspesialis bedah digestif RS Pondok Indah, Jakarta, Peter Ian Limas, dalam sebuah wawancara terbatas, Jumat (22/7).
Prosedur ini pun tidak bisa begitu saja dilakukan semua orang yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Peter berkata, pasien obesitas paling tidak memenuhi persyaratan indeks massa tubuh (IMT) di atas 35. Selain itu, pasien operasi bariatrik juga biasanya telah mencoba berbagai jenis diet dan tak memberikan hasil.
"Indikasi paling gampang ya IMT-nya. Kalau di Asia termasuk Indonesia, IMT syaratnya 35 ke atas tanpa diabetes, hipertensi, atau hiperkolesterol. Tapi kalau sudah ada diabetes, IMT 30 pun ada indikasi untuk operasi, tapi catatannya indeks lemaknya yang tinggi," jelasnya.
Setelah operasi, pasien masih akan terus didampingi untuk bisa beradaptasi dengan modifikasi pencernaan yang baru. Pada pasien yang menjalani operasi bariatrik jenis sleeve gastrectomy, misal, akan beradaptasi dengan porsi makan jauh lebih sedikit dari sebelumnya dan langsung kenyang meski cuma 2-3 suapan.
Peter mengatakan, pasien akan didorong untuk banyak mengonsumsi protein. Sementara tubuh dilatih untuk membakar lemak tubuh sebagai bahan bakar kalori atau energi.
"Lama-lama polanya berubah, makan sedikit tapi bergizi dan sehat. Ini membantu membentuk kebiasaan baru, tubuh di-setting ulang," imbuhnya.
Sementara itu, bariatrik berbeda dengan sedot lemak yang juga dilakukan banyak orang untuk menurunkan berat badan.
"Sedot lemak itu value-nya ke arah membentuk tubuh, kalau operasi bariatrik lebih ke membentuk kebiasaan baru, [yang berhubungan dengan] kesehatan tubuh, bukan kosmetiknya," ujar Peter.
Sedot lemak tidak akan menawarkan manfaat seperti menghilangkan komorbid, menghindari risiko kanker dan mengatasi sleep apnea. Sedot lemak akan mengejar body shaping atau pembentukan tubuh.
Namun, memang pada pasien operasi bariatrik, kadang diperlukan operasi plastik karena kelebihan jaringan kulit setelah berat badan turun. "Tindakan kosmetik ini lebih untuk mengurangi kulit berlebih, jadi di-trimming," katanya.
(els/asr)