Dalam masyarakat Jawa, momen tahun baru Islam disebut juga sebagai malam 1 Suro. Dalam kalender tahun ini, tahun baru Islam akan jatuh pada Minggu (31/7).
Tak cuma itu, tanggal 1 Muharram juga kerap diwarnai dengan berbagai mitos malam 1 Suro. Mitos-mitos ini begitu populer di tengah masyarakat.
Menilik sejarahnya, penetapan 1 Suro dimulai sejak masa Kerajaan Mataram Islam. Mengutip berbagai sumber, momen ini ditetapkan oleh Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma (1613-1645).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kala itu, sultan berniat untuk menyatukan masyarakat Jawa yang terpecah antara kepercayaan Kejawen dan Putihan (kepercayaan Islam). Caranya dengan mengubah Kalender Saka yang dibuat dengan penanggalan Jawa dan Hindu sesuai dengan penanggalan Hijriah dalam Islam.
Di malam ini, Kesultanan Yogyakarta, Kasunanan Surakarta, dan Kasepuhan Cirebon rutin mengadakan ritual. Masyarakat mengelilingi keraton dalam diam, memandikan benda pusaka, mandi kembang, dan mengarak kerbau bule.
Ritual yang dilakukan dipercaya membawa berkah. Namun di sisi lain, berbagai mitos malam 1 Suro dipercaya bisa mendatangkan kesialan bagi orang-orang yang melanggar pantangan.
Salah satu ritual yang dilakukan di malam ini adalah tapa bisu atau tidak berbicara. Ritual biasanya dilakukan sembari mengelilingi benteng keraton.
Masyarakat percaya bahwa lebih baik berdiam diri di rumah pada malam ini. Jika melanggar, maka kesialan akan menunggu.
![]() |
Banyak orang percaya melakukan pernikahan di bulan Suro hanya akan berujung petaka.
Namun, kepercayaan ini hanya dianggap mitos belaka. Dalam Islam sendiri, tak ada aturan mengenai waktu yang tepat untuk menikah. Tak ada pula larangan untuk menikah di bulan-bulan tertentu, termasuk bulan Muharram.
Mitos ini muncul akibat pesta pernikahan yang meriah dianggap menyaingi kesakralan ritual mengelilingi keraton. Mitos ini juga berlaku pada pesta atau hajatan lainnya seperti sunatan, merayakan ulang tahun, dan lain-lain.
Primbon menyarankan masyarakat untuk pindah rumah di malam ini. Orang Jawa percaya akan adanya hari baik dan hari buruk.
Demikian beberapa mitos malam 1 Suro yang hingga kini masih dipercaya sebagian masyarakat.
(tim/asr)