Banyak orang mengaitkan kasus gangguan ginjal misterius yang terjadi di Indonesia dengan kematian puluhan anak di Gambia akibat gagal ginjal akut.
Betapa tidak, kedua kasus mendadak muncul ke permukaan dalam waktu bersamaan. Keduanya juga sama-sama menyerang kelompok anak.
Namun, Guru Besar Farmakologi dan Farmasi Klinik Universitas Padjadjaran Profesor Keri Lestari menegaskan bahwa keduanya berbeda.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keri mengatakan bahwa setelah ditelusuri, keempat merek obat yang menyebabkan gagal ginjal akut di Gambia tak tersedia dan tidak mendapatkan izin edar di Indonesia.
"Jadi bisa dipastikan gagal ginjal akut yang ada di Gambia penyebabnya berbeda dengan gagal ginjal akut yang di Indonesia," kata Keri, saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (14/10).
Artinya, orang tua tak perlu khawatir jika ingin memberikan obat batuk pada anak. Hingga saat ini, penyebab gangguan ginjal misterius di Indonesia masih belum diketahui.
Alih-alih khawatir, Keri menyarankan orang tua untuk memberikan obat yang dibeli di tempat resmi seperti fasilitas kesehatan atau apotek. Jika pun harus membelinya secara daring, orang tua perlu terlebih dulu memastikan izin Penyelenggara Sistem Elektronik Farmasi.
"Dengan izin PSEF, di situs tersebut akan menyediakan apoteker yang memastikan pembelian obatnya adalah dari sumber yang legal dan memastikan cara penyimpanannya sesuai dengan kaidah yang tergantung pada karakteristik obatnya. Jadi mutu obatnya terjaga," katanya.
Menurut Keri, peristiwa ditemukannya kontaminan etilen glikol dalam obat batuk sirup di Gambia bisa jadi merupakan kesalahan saat formulasi.
"Hal ini mungkin terjadi karena bentuk fisik dan juga cara penyimpanan profilen glikol dan etilen glikol ini sama. Bisa saja terjadi kekeliruan pada saat formulasi. Jadi ini adalah masalah QC produksi dan juga SOP-nya," lanjutnya.
![]() |
Namun, tetap saja, menurutnya, kondisi ini tidak bisa ditolerir karena perbedaan zat kimia antara keduanya dan fungsi serta keamanannya.
"Kalau di Indonesia, misalkan ada dari obat-obatan yang digunakan itu juga mengandung profilen glikol, silakan dicek kembali apakah terjadi kontaminan etilen glikol juga seperti yang terjadi di Gambia," ucap Keri lebih lanjut.
Menurutnya, hal tersebut juga belum final. Ia mengatakan bisa saja gangguan ginjal misterius di Indonesia disebabkan oleh senyawa lain.
"Memang kegagalan organ ini di Indonesia masih perlu diteliti lebih jauh apa penyebabnya. Kalau di Gambia kan sudah ketahuan penyebabnya dari obat batuk," ujar Keri.
(del/asr)