Menyusui menjadi tugas berikutnya bagi para ibu setelah hamil dan melahirkan. Di fase ini, ibu diberikan dua pilihan, yakni memberikan si kecil ASI eksklusif atau susu formula.
Tak sedikit orang tua yang memilih menggunakan susu formula untuk si kecil. Pemberian susu formula ini bahkan dilakukan sejak bayi berusia 1 bulan.
Pemasaran susu formula juga dinilai meningkatkan minat masyarakat. Dalam setiap publikasinya, susu formula diklaim memiliki nutrisi dan gizi yang sama baiknya dengan ASI.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nyatanya, pemberian susu formula bisa berdampak pada kesehatan ibu dan bayi. Sebuah penelitian yang terbit di National Library of Medicine dengan judul "The Risk of Not Breastfeeding for Mothers and Infants" menyebutkan bahwa sejumlah masalah kesehatan bisa dialami bayi yang mendapat susu formula dan ibu yang tidak menyusui.
Bayi yang tidak disusui rentan mengalami infeksi, baik yang menyerang sistem pencernaan maupun pernapasan.
Bukan hanya itu, risiko obesitas di masa kanak-kanak, diabetes tipe 1 dan tipe 2, leukemia, dan sindrom kematian bayi mendadak (SIDS) juga menghantui bayi yang tidak disusui.
Sementara itu, ibu yang tidak menyusui ditemukan mengalami peningkatan risiko kanker payudara sebelum masa menopause, kanker ovarium, kenaikan berat badan gestasional, diabetes tipe-2, dan sindrom metabolik lainnya.
American Academy of Pediatrics (AAP), sebagaimana dikutip dari WebMD juga mengatakan, ASI adalah nutrisi terbaik untuk bayi. Bahkan di 6 bulan pertama, bayi juga hanya boleh menerima ASI.
Bukan cuma itu, menyusui hingga 2 tahun ke atas juga bermanfaat bagi bayi dan ibu. Menyusui jangka panjang dapat melindungi ibu dari diabetes, tekanan darah tinggi, kanker payudara, dan ovarium.
Perlu diketahui, ASI juga bisa memberikan antibodi alami yang membantu bayi melawan penyakit, seperti infeksi. ASI juga lebih mudah dicerna jika dibandingkan dengan susu formula. Bahkan ASI juga diyakini bisa meningkatkan kecerdasan anak.
(tst/asr)