Tak ada yang bisa melupakan bagaimana para perwakilan negara G20 tampil 'melokal' dalam balutan tenun ikat Bali. Para delegasi tampil mengenakan kemeja berbahan kain tenun penuh warna pada momen Gala Dinner, Selasa (15/11).
Kain-kain tenun itu diracik langsung oleh Dian's Rumah Songket & Endek. Warna-warnanya yang beragam berhasil mencuri perhatian banyak orang.
I Putu Agus Aksara Diantika, pemilik Dian's Rumah Songket & Endek mengatakan bahwa warna-warni busana para pemimpin negara G20 tak hanya menampilkan warna khas tenun Bali, tapi juga beragam spektrum warna Nusantara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"[Warna kain] dicampur, bukan cuma [warna khas] tenun Bali. Ini, kan, acaranya [melibatkan] Indonesia, jadi [ambil warna] wastra Nusantara. Saya ambil warna-warni Nusantara," ungkap Agus pada CNNIndonesia.com via telepon, Kamis (17/11).
Bertema "Wastra Nusantara", inspirasi Nusantara tertuang dalam warna maupun motif kain. Kain tenun catri mengambil motif terinspirasi dari flora Nusantara dan motif geometris yang tegas dan berulang.
Sementara dari kainnya sendiri, Agus mengaplikasikan inovasi baru dalam pembuatan tenun. Kain tenun yang digunakan oleh perwakilan negara G20 disebut sebagai 'tenun catri'.
Tenun ikat pada umumnya menggunakan benang pakan atau benang horizontal sebagai ragam hiasnya. Namun, kali ini Agus menggunakan benang lungsi untuk ragam hias. Sementara motif dilukis dengan menggunakan air brush.
"Teknik ini sudah dari lama dan keluar waktu IMF 2018. Kalau teknik ini motifnya jadi lebih tegas, lebih berwujud seperti lukisan tapi tanpa menghilangkan ciri khas tenun ikat," jelasnya.
Total ada sebanyak 102 potong kain yang dipesan. Tak hanya untuk pemimpin negara G20, tetapi juga tamu VIP.
Tiap desain dan warna dibuat berpasangan di mana laki-laki akan dibuat kemeja, sedangkan untuk perempuan dibuat stola (selendang).
Menurut Agus, pembuatan kain sebenarnya hanya memerlukan waktu 3 hari. Justru yang banyak menyita waktu adalah proses desain yang memakan waktu hingga 2 bulan.
"Kami memang kesulitan, pesanannya banyak dan diminta beda semua [baik motif maupun warna]. Akhirnya motif kamboja, misal, dikembangkan jadi lima motif, tapi tetap ada unsur kambojanya. Warnanya kami bedakan satu tone [lebih tua atau lebih muda]," ujarnya.
Kendati demikian, busana-busana tenun catri ini sukses menyemarakkan jamuan makan malam KTT G20 kemarin.
"Saya sangat senang produk kami dipakai, orang pun semakin bangga dan cinta produk lokal," katanya.