Perundungan atau bullying membuat seorang bocah 11 tahun di Banyuwangi, Jawa Timur mengakhiri hidupnya sendiri.
MR ditemukan tewas akibat bunuh diri di rumahnya. Ia diduga depresi akibat bullying yang dilakukan oleh teman sebayanya.
"Berdasarkan keterangan keluarga, korban selalu mengeluh sering diolok-olok temannya kalau anak yatim, tidak punya bapak. Dan setiap pulang ke rumah selalu menangis dan dongkol," kata Kasi Humas Polresta Banyuwangi Iptu Agus Winarno, Kamis (2/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa yang dialami MR bukanlah yang pertama. Pertengahan 2022 lalu, siswa SD di Tasikmalaya, Jawa Barat mengalami depresi, sakit hingga meninggal dunia akibat dipaksa berhubungan intim dengan kucing oleh teman sebayanya.
Dalam kasus ini, tiga anak dinyatakan sebagai tersangka tapi tidak ditahan karena masih di bawah umur.
Bullying bukan sesuatu yang asing di Indonesia. Dalam laporan UNICEF yang mengutip dari data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) 2018, 2 dari 3 anak usia 13-17 tahun pernah mengalami setidaknya satu jenis kekerasan.
Sementara itu, 3 dari 4 anak dan remaja pernah mengalami satu jenis kekerasan atau lebih melapor bahwa pelakunya adalah teman atau sebayanya.
Kemudian dalam studi Program Penilaian Pelajar Internasional (PISA) 2018 melaporkan, 41 persen pelajar usia 15 tahun pernah mengalami bullying beberapa kali dalam sebulan.
Seperti apa jenis bullying yang dialami mereka?
Ada pun mereka dipukul dan disuruh-suruh, mengambil atau menghancurkan barang kepunyaan, diancam, diejek, diumbar rumor yang tidak baik, dan dikucilkan dengan sengaja oleh anak lain.
Di sisi lain, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat dalam periode 2016-2020 ada 480 aduan dari anak korban bullying di sekolah.
Bullying perlu ditindaklanjuti dengan serius sebab begitu berdampak pada perkembangan anak dan remaja serta bisa berujung mengancam nyawa.
Dalam studi yang diterbitkan di jurnal BMJ pada 2015, perilaku agresif di kalangan anak muda, termasuk kekerasan dan bullying, berkaitan dengan peningkatan risiko gangguan psikis, fungsi sosial yang buruk, dan gangguan proses pendidikan.
Selain itu, bullying bisa memicu bunuh diri korban. Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam JAMA Pediatrics menemukan bahwa anak-anak dan remaja yang mengalami perundungan di dunia maya hampir tiga kali lebih mungkin memiliki pikiran untuk bunuh diri dibandingkan teman lainnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya..