Ramadan menjadi salah satu bulan suci yang dinantikan hampir seluruh umat Islam di dunia. Bukan cuma puasa dan meningkatkan ibadah satu bulan penuh, saat Ramadan ada berbagai tradisi yang juga kerap dilakukan di berbagai negara.
Tradisi ini bisa dibilang hanya terjadi satu tahun sekali. Setiap negara akan menandai bulan diturunkannya Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad SAW pada 610 Masehi dengan berbagai kegiatan.
Berbagai tradisi ini cukup menarik, mulai dari ritual mandi di Indonesia hingga menyalakan lampion di Mesir. Berikut berbagai tradisi menarik yang biasa dilakukan saat Ramadan dari berbagai negara:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tembakan meriam mungkin terdengar mengerikan dan mengganggu. Tapi, hal ini justru menjadi salah satu tradisi yang ditunggu-tunggu saat Ramadan, terutama di Lebanon.
Di beberapa negara Timur Tengah, meriam ditembakkan setiap hari selama bulan Ramadan untuk menandai berakhirnya puasa hari itu. Menukil The Culture Trip, tradisi ini juga dikenal sebagai midfa al iftar.
Konon tembakan meriam ini dimulai di Mesir lebih dari 200 tahun lalu, ketika negara tersebut diperintah oleh penguasa Ottoman Khosh Qadam.
Kala itu, menguji meriam baru saat matahari terbenam, Qadam sebenarnya tengah menguji meriam baru yang dimiliki negara itu. Tapi, secara tidak sengaja menembakannya, warga sipil kemudian berasumsi bahwa ini adalah cara baru untuk menandakan akhir puasa.
Banyak yang berterima kasih atas inovasinya, dan putrinya, Haja Fatma, mendesaknya untuk menjadikan ini sebagai tradisi. Praktik ini menyebar ke banyak negara di Timur Tengah termasuk Lebanon, di mana meriam digunakan oleh Ottoman untuk menandai buka puasa di seluruh negeri.
Muslim dari seluruh Afrika Selatan pergi ke acara di Cape Town - yang disebut Ibu Kota Afrika Selatan - untuk mencari bulan baru jelang akhir Ramadan. Tapi hanya para maan kykers atau pengamat bulan, yang ditunjuk oleh Dewan Peradilan Muslim Afrika Selatan, yang dapat menyatakan penampakan secara resmi.
Mereka akan berdiri di sepanjang pantai di Sea Point Promenade, di Three Anchor Bay, atau di puncak Signal Hill, untuk memberi tahu komunitas Muslim bahwa lebaran sudah dekat. Bulan harus terlihat dengan mata telanjang, pemandangan ini bukan cuma unik tapi benar-benar indah.
Sejak zaman Kesultanan Utsmaniyah, orang-orang yang berpuasa di bulan Ramadan akan terbangun oleh suara genderang yang ditabuh di pagi hari menjelang sahur. Meskipun saat ini jam alarm sudah bermunculan, tapi tradisi ini tetap lestari.
Lebih dari 2.000 penabuh genderang masih berkeliaran di jalanan Turki.
Penabuh drum ini akan mengenakan kostum tradisional Ottoman, termasuk fez dan rompi yang dihiasi dengan motif tradisional.
Saat mereka berkeliling dengan davul (gendang Turki berkepala dua), para penabuh mengandalkan kemurahan hati warga untuk memberi mereka tip (bahşiş) atau bahkan mengundang mereka untuk berbagi makanan sahur.
Setiap tahun, warga Mesir menyambut Ramadan dengan fanous - lentera warna-warni yang melambangkan persatuan dan kegembiraan sepanjang bulan suci. Meskipun tradisi ini lebih bersifat budaya daripada agama, tradisi ini erat kaitannya dengan bulan suci Ramadan, dan memiliki makna spiritual.
Asal-usul ceritanya memang berbeda-beda. Tapi ada satu cerita menyebutkan tanggal kelahiran fanous pada suatu malam selama Dinasti Fatimiyah, ketika orang Mesir menyapa Kekhalifahan Al-Muʿizz li-Dīn Allah saat dia tiba di Kairo pada hari pertama Ramadan.
Untuk menyediakan pintu masuk yang terang bagi imam, pejabat militer memerintahkan penduduk setempat memegang lilin di jalan-jalan yang gelap, melindunginya dalam bingkai kayu agar tidak meledak. Seiring waktu, struktur kayu ini muncul menjadi lentera berpola, dan sekarang ditampilkan di seluruh negeri, menyebarkan cahaya selama bulan suci.
Padusan adalah budaya jelang Ramadan yang bisa ditemukan di Indonesia. Padusan menukil laman GPI, merupakan ritual mandi yang dilakukan umat Islam dengan niat menyucikan jiwa dan raga.
Mereka akan mandi bersama-sama di kolam-kolam alami di daerahnya masing-masing. Kolam alami ini bisa juga dibilang sebagai sungai dengan mata air yang masih jernih.
Di Kuwait, ada perayaan tiga hari di tengah Ramadan. Saat perayaan ini digelar, anak-anak akan mengetuk pintu rumah tetangga dan bernyanyi demi permen dan coklat. Tradisi ini disebut Qarqia'an .
Selain itu, di Kuwait, terdapat juga hari istimewa yang disebut Al-Kareesh. Kegiatan ini biasanya dilakukan hari terakhir sebelum Ramadan. Seluruh keluarga berkumpul untuk makan siang sebelum mulai berpuasa.
(tst/lth)