101 ISLAM

Bagaimana Cara Menggapai Kebahagiaan Tertinggi?

CNN Indonesia
Kamis, 06 Apr 2023 16:00 WIB
Ilustrasi. Bahagia secara duniawi bukan merupakan kebahagiaan tertinggi. (br_ruy/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia --

Setiap manusia tentu ingin merasa bahagia dan menikmati kebahagiaan sepanjang hidupnya. Sayangnya, tak sedikit yang terjebak pada makna 'bahagia' yang cenderung hedonis dan materialistik.

Lantas, bagaimana cara menggapai kebahagiaan tertinggi dalam hidup?

Intelektual Muslim sekaligus Rektor Universitas Islam Indonesia Internasional (UIII) Profesor Komaruddin Hidayat mengatakan, kebahagiaan yang tertinggi adalah bahagia secara spiritual.

Namun, kebahagiaan spiritual membutuhkan latihan. Caranya bisa dengan bersyukur setiap bangun tidur dan ingat kepada Allah SWT kapan pun dan di mana pun.

"Kebahagiaan spiritual memang butuh pelatihan. Dalam agama, salah satu latihannya misalnya tiap bangun tidur kita bersyukur. Ketika mau tidur pun kita berdoa. Bahkan kapan saja di mana saja kita selalu berusaha untuk ingat kepada Allah," ucap Komaruddin dalam program Gapai Kemuliaan CNNIndonesia TV 2020 lalu.

Ia kemudian merujuk pada salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang memberikan peringatan.

"Sungguh bahagia sungguh beruntung, ketika orang itu yang mensucikan diri, suci hatinya, suci pikirannya, suci hartanya, dengan cara dikeluarkan zakatnya infaqnya, dan selalu mengenang, mengingat Allah di mana pun kapan pun. Kemudian hidupnya selalu diikatkan, digantungkan kepada Allah. Dia lah orang yang berbahagia yang beruntung," tuturnya.

Menurut Komaruddin, kebahagiaan materi dan duniawi tentu sah saja. Namun, jangan sampai kemudian melupakan kesadaran bahwa seluruh harta dan materi adalah milik Allah SWT.

"Harus disertai satu bimbingan kesadaran bahwa semuanya ini sesungguhnya adalah dari Allah dan milik Allah," lanjut dia.

Komaruddin kemudian merujuk pada salah satu ayat surat Al-An'am ayat 162 yang berbunyi:

قُلْ اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ

Artinya:
"Katakanlah (Muhammad), 'Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam'."

"Hendaknya semuanya itu terikat dan diikatkan diri, disadari bahwa [kebahagiaan] adalah dari Allah, karena Allah, dan untuk Allah," jelas Komaruddin.

Menurutnya, kebahagiaan spiritual bisa diraih tanpa menghilangkan empat kebahagiaan lainnya. Kebahagiaan spiritual disebut justru memberikan penguatan.

"Dengan demikian kalau bicara spiritual happiness tidak berarti mengecilkan capaian kebahagiaan yang lain. Tapi sekali lagi, ini memberikan napas, memberikan guidance agar semua yang kita raih itu bermakna lillahi Ta'ala (karena Allah)," pungkas dia.



(del/asr)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK