Apakah Pengidap Kanker Payudara Tetap Bisa Menyusui?

CNN Indonesia
Senin, 22 Mei 2023 18:45 WIB
Proses menyusui dipercaya dapat menurunkan risiko kanker payudara pada perempuan. Namun, bagaimana jika ibu mengidap kanker payudara? Apakah bisa menyusui?
Ilustrasi. Ibu dengan kanker payudara masih bisa menyusui bayi namun dengan catatan kondisi tertentu. (Istockphoto/ Petrunjela)
Jakarta, CNN Indonesia --

Proses menyusui atau memberi air susu ibu (ASI) kepada bayi dipercaya dapat menurunkan risiko kanker payudara pada perempuan. Namun, bagaimana jika sang ibu memiliki sel kanker payudara? Apakah tetap bisa memberikan ASI kepada buah hatinya?

Dokter spesialis kanker sekaligus konsultan senior onkologi medis di Parkway Cancer Centre, Singapura Khoo Kei Siong mengatakan, seorang wanita yang memiliki kanker payudara tetap dapat memberikan ASI kepada bayinya.

"Ibu yang menyusui tidak akan menularkan sel kanker kepada bayinya dan [wanita penyintas kanker payudara] tetap bisa memproduksi ASI," ujar dia melalui pernyataan yang diterima CNNIndonesia.com, Jumat (12/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Begitu pula ketika seorang perempuan mengandung, maka sel kanker yang ada di tubuhnya tidak akan bisa menembus atau melewati plasenta bayi sehingga tidak serta merta menularkan penyakit kanker pada anaknya.

Namun, lain halnya ketika seorang wanita yang menderita kanker payudara telah melakukan proses pembedahan melalui operasi lumpektomi dan dilanjutkan dengan terapi sinar untuk proses pengobatannya. Jika sudah menjalani prosedur ini, maka dia sudah tidak lagi dapat menyusui sang bayi karena proses produksi ASI-nya yang akan terganggu.

"Tapi wanita tersebut tetap dapat bisa menyusui dari payudara yang di sisi lain," jelas Khoo.

Selain itu, Khoo juga mengatakan, anak-anak dari keluarga yang memiliki banyak kasus kanker payudara atau ovarium berisiko mewarisi gen BRCA (breast cancer gene) yang dapat bermutasi menjadi BRCA 1 atau BRCA 2.

Jika anak-anak ini membawa gen yang sudah bermutasi tersebut, maka mereka memiliki risiko yang lebih besar terkena kanker payudara atau ovarium atau keduanya.

Kanker payudara menjadi salah satu jenis kanker yang paling umum dijumpai pada wanita di seluruh dunia. Menurut riset Global Cancer Incidence Mortality dan Prevalence (Globocan) pada 2020, kejadian baru kanker payudara di seluruh dunia menempati urutan pertama pada golongan kanker dengan 2,3 juta kasus dan 680 ribu kematian.

ilustrasi kanker payudaraIlustrasi. Kanker payudara umumnya diturunkan secara genetik. (iStockphoto/spukkato)

Faktor genetik menjadi faktor terbesar penyebab kanker payudara. Pasalnya, seseorang yang keluarganya menderita kanker payudara, baik ibu, tante, nenek, maupun saudara perempuan, maka memiliki risiko lebih besar menderita kanker payudara.

"Tidak hanya pada wanita, pria [yang membawa mutasi gen BRCA] pun memiliki risiko yang lebih tinggi terkena kanker payudara meskipun jumlahnya masih sangat kecil," lanjut dia.

Seseorang yang memiliki faktor genetik tersebut juga berisiko mengalami kanker payudara di usia muda. Bahkan, kebanyakan kanker hasil mutasi gen BRCA ini adalah kanker triple negative yang terbilang lebih agresif dan mudah menyebar.

Karena itulah, seseorang yang memiliki faktor genetik atau keluarga yang terinfeksi kanker payudara perlu melakukan deteksi dini melalui screening atau dengan melakukan tes gen BRCA.

Jika di dalam tubuhnya terdeteksi adanya gen pembawa kanker, maka dapat segera melakukan pencegahan untuk menurunkan risiko kanker payudara melalui kemoprevensi, yakni melakukan terapi dengan mengonsumsi obat.

"Cara ini dapat menurunkan risiko kanker hingga setengahnya," ujar Khoo.

[Gambas:Video CNN]



(del/asr)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER