Kehamilan adalah masa yang penting bagi seorang ibu, dan menjaga kesehatan diri sendiri serta janin dalam kandungan merupakan prioritas utama. Namun, dalam beberapa kasus, kehamilan dapat menjadi berisiko tinggi.
Salah satu kondisi yang dapat meningkatkan risiko kehamilan adalah gangguan irama jantung atau yang biasa disebut aritmia.
Menurut Dokter Kandungan Konsultan Fetomaternal di Mayapada Hospital Surabaya, dr. Manggala Pasca Wardhana, Sp.OG(K)-KFM, aritmia terjadi ketika ritme jantung tidak normal, baik menjadi terlalu cepat maupun terlalu lambat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Biasanya, kondisi ini dapat terdeteksi melalui pemeriksaan fisik rutin pada ibu hamil, seperti pengukuran tekanan darah dan detak jantung.
"Biasanya ibu hamil dicek tensi, dicek nadinya," ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (2/6).
Jika seorang ibu hamil mengalami masalah aritmia, dokter dapat melakukan evaluasi kelainan pada janin melalui ultrasonografi Fetomaternal. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan kelainan yang sama yang mungkin terjadi pada janin yang dikandung.
dr. Manggala menekankan bahwa koordinasi dengan dokter jantung penting dilakukan untuk mencari penyebab aritmia. Tergantung pada penyebab yang ditemukan, aritmia dalam beberapa kasus dapat membaik dengan sendirinya.
Namun, jika kondisi tersebut tidak membaik, ibu hamil mungkin perlu mendapatkan pengobatan anti-aritmia.
"Selanjutnya, dokter jantung akan memberikan obat tersebut. Kami juga akan berkoordinasi dengan dokter kandungan untuk meninjau obat yang akan diberikan, untuk memastikan bahwa obat tersebut aman bagi ibu hamil dan janin. Ini adalah proses yang cukup kompleks, dan kerja tim sangat penting dalam hal ini," jelas dia.
Jika pengobatan dengan obat anti-Aritmia tidak berhasil, beberapa tata laksana lainnya dapat diperlukan, salah satunya adalah ablasi. Dalam prosedur ini, titik-titik yang menyebabkan gangguan irama jantung akan diablasi atau dihancurkan.
Metode konvensional menggunakan fluoroskopi dengan paparan radiasi untuk menemukan titik-titik tersebut. Namun, karena radiasi dapat berbahaya bagi janin, Mayapada Hospital Surabaya menawarkan ablasi dengan menggunakan teknologi 3D yang tidak menggunakan radiasi.
"Tidak ada paparan radiasi, tetapi alat khusus dapat mendeteksi titik yang akan dihancurkan tanpa perlu pemetaan menggunakan radiasi. Dalam hal ini, pengobatan menerapkan prinsip keamanan bagi ibu dan janin," tambahnya.
Di sisi lain, Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Konsultan di Mayapada Hospital Surabaya, dr. Rerdin Julario, Sp.JP(K), menjelaskan bahwa ablasi jantung merupakan metode yang menggunakan infus atau radio frekuensi ablasi untuk mengatasi kelainan irama jantung, termasuk aritmia.
Ablasi dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu 2D dan 3D, dan masing-masing memiliki keuntungan dan perbedaan.
"Dalam metode dua dimensi, kita mengevaluasi lokasi sumber aritmia dengan bantuan gambar dua dimensi. Sedangkan metode tiga dimensi, sumber kelainan aritmia digambarkan menggunakan gambar tiga dimensi yang lebih akurat," paparnya.
Lebih lanjut, dr. Rerdin menjelaskan bahwa pengobatan dengan teknologi ablasi ini aman untuk ibu hamil. Pasien ibu hamil yang mengalami aritmia harus lebih berhati-hati dalam memilih obat, karena obat-obatan jantung dapat membawa risiko terhadap janin.
"Beberapa obat jantung memiliki risiko terhadap janin, oleh karena itu harus berhati-hati dalam memberikannya kepada ibu hamil," tambahnya.
Selain itu, penggunaan fluoroskopi dan sinar-x harus dihindari karena berisiko bagi janin. Namun, teknologi ablasi 2D dan 3D memberikan keamanan bagi ibu hamil dan janin karena tidak menggunakan fluoroskopi.
Pengobatan dengan teknologi ablasi direkomendasikan karena tidak memerlukan perawatan khusus bagi pasien. Bahkan, pasien yang menjalani ablasi dapat kembali beraktivitas seperti biasa setelah prosedur tersebut.
"Diperbolehkan untuk beraktivitas seperti biasa. Prosedurnya sama seperti biasanya, pasien masuk rumah sakit sehari sebelum tindakan, pulang keesokan harinya, dan tidak ada pembatasan makanan dalam hal ini," imbuh dr. Rerdin.
Sebagai informasi, Cardiovascular Center Mayapada Hospital melayani secara komprehensif terkait kesehatan jantung dan pembuluh darah, mulai dari pencegahan, deteksi dini, diagnosis, perawatan, operasi jantung, hingga rehabilitasi.
Tim dokter sendiri terdiri dari berbagai spesialis jantung, termasuk konsultan intervensi, konsultan aritmia, konsultan cardiac imaging, dan dokter bedah jantung. Mereka telah terverifikasi mengikuti standar internasional dalam memberikan diagnosis dan perawatan untuk berbagai kondisi jantung.
Selain itu, Obstetrics and Gynecology Center di Mayapada Hospital juga menyediakan pelayanan komprehensif untuk wanita segala usia, termasuk kehamilan dengan risiko tinggi, gangguan kesehatan reproduksi, tumor dan kanker kandungan, hingga perawatan menopause.
(rir)