Penyakit demensia pada orang lanjut usia (lansia) kerap disorot belakangan ini.
Pasalnya, demensia menyebabkan jemaah haji lansia mengalami disorientasi seperti kasus jemaah haji minta pulang saat di pesawat dan beberapa kasus jemaah haji yang sudah tiba di Tanah Suci masih menganggap berada di kampungnya.
Dokter residen bedah saraf RSUD Soetomo di Surabaya M. Reza Arifianto menyebutkan ada sejumlah bahaya yang patut diketahui bagi pengidap demensia ketika bepergian jauh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan demensia adalah suatu kondisi yang dikarakteristikkan dengan penurunan progresif dari fungsi kognitif atau berpikir sehingga mengganggu kemampuan seseorang untuk hidup mandiri.
"Demensia sendiri dibagi menjadi 4 tipe yaitu Alzheimer's Disease, vascular dementia, lewy body dementia, dan frontotemporal dementia, yang kesemuanya memiliki penyebab dan gejala khas masing masing," kata Reza saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (7/6).
Demensia umumnya terjadi pada orang lansia. Reza menuturkan bahayanya ketika lansia pengidap demensia bepergian jauh adalah mereka terkadang lupa kalau belum makan sehingga memperburuk kondisi tubuh dan menyebabkan gangguan pencernaan serta lemah.
Pasien demensia yang lupa buang air juga terkadang tanpa sadar bisa buang air kecil maupun besar di celana.
"Dan yang paling ditakutkan adalah pasien lupa pergi ke mana dan lupa arah pulang. Oleh karenanya, perlu peran dari pendamping atau caregiver untuk selalu menemani pasien," lanjut dia.
Reza juga menjelaskan beberapa hal yang perlu diperhatikan pendamping ketika merawat pasien demensia saat bepergian jauh.
"Apabila ada pendamping, maka yang perlu diperhatikan adalah sama ketika merawat bayi atau balita maka kebutuhan dasar sandang papan dan pangan harus dipenuhi. Mulai dari waktu makan, waktu BAB atau BAK, waktu mandi, waktu beribadah," imbuh Reza.
Ia menjelaskan pola makan, menu makan, dan sanitasi perlu diperhatikan secara detail untuk pasien demensia karena pasien cenderung lansia dengan banyak komorbid, penyakit lain yang apabila sampai sakit bisa memperburuk kondisinya.
Maka itu, Reza menganjurkan agar pasien demensia yang bepergian jauh untuk selalu diawasi atau ditemani oleh pendamping.
"Memakai identitas yang dikalungkan, ketika pergi memakai sesuatu yang khas dan mudah diingat atau dicari. Di era digital sebaiknya pakai tracer atau handphone yang mudah untuk diakses atau dilacak," jelasnya.
Reza mengingatkan kembali bahwa peran seorang pendamping sangat penting bagi pasien demensia, tergantung pada tingkat keparahannya.
(del/pua)