Ada empat tipe antraks yang diketahui secara umum. Namun antraks kulit merupakan tipe yang paling sering ditemukan di Indonesia.
Antraks merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh paparan Bacillus anthracis. Bakteri ini mampu bertahan dari lingkungan, panas, atau situasi apa pun berkat spora yang membungkusnya.
Paparan spora menjadi salah satu cara penularan penyakit antraks. Selain lewat spora, penyakit ini juga menular lewat konsumsi daging hewan yang terinfeksi atau berkontak dengan barang-barang yang terkontaminasi spora.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada banyak tipe antraks yang diketahui. Di Indonesia, antraks yang menyerang kulit menjadi yang paling umum.
"Tipe antraks kulit yang paling banyak terjadi di Indonesia," ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Imran Pambudi dalam konferensi pers daring, Kamis (6/7).
Manifes gejala klinis pada kasus antraks kulit umumnya ditandai dengan munculnya luka lepuhan pada kulit.
Dalam beberapa waktu terakhir, penyakit antraks menyorot perhatian. Gara-garanya, puluhan warga Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta yang terinfeksi bakteri penyebab antraks. Tiga di antaranya bahkan dilaporkan meninggal dunia.
Selain menyerang kulit, antraks juga menyerang sistem organ tubuh lainnya. Berikut tipe-tipe antraks di antaranya.
Antraks kulit merupakan tipe yang banyak ditemukan di Indonesia. Manifes gejala klinis timbul pada kulit berupa lepuhan (blister) pada kulit.
Imran berkata, antraks kulit menular dari kontak langsung antara sapi yang terinfeksi dan lesi kulit atau kulit terbuka yang jadi pintu masuk bakteri.
"Case fatality rate bervariasi. Kalau antraks kulit antara 20-25 persen," katanya.
![]() |
Antraks pencernaan timbul akibat konsumsi daging sapi atau ternak lain yang terinfeksi. Antraks jenis inilah yang kini tengah menginfeksi banyak orang di Gunungkidul.
Bakteri akan memicu lepuhan pada usus. Pasien bisa mengalami diare bercampur darah atau muntah darah.
Tingkat kematian antraks pencernaan lebih tinggi ketimbang antraks kulit, yakni 25-75 persen.
Dalam kasus antraks paru, bakteri masuk lewat saluran pernapasan lalu menginfeksi dinding alveoli (kantung udara). Tipe ini adalah tipe yang paling berbahaya. Tingkat kematiannya pun mencapai 80 persen.
Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Kementan Syamsul Ma'arif berkata, kematian akibat antraks paru bisa berlangsung sangat cepat.
"Spora dihirup, dalam waktu 24 jam sudah meninggal dunia. Beda [dengan] lewat konsumsi daging. Kadang diare berdarah, muntah berdarah, ada waktu sela untuk penanganan," kata Syamsul dalam kesempatan serupa.
Syamsul mengingatkan bahwa semakin terlambat penanganan diberikan, semakin rendah angka kesembuhan. Pasalnya, antraks juga bisa memicu komplikasi yang menyerang organ otak.
"Tiga tipe [bakteri] antraks itu bisa sampai ke otak sehingga nanti dikatakan antraks meningitis. Ini yang kita khawatirkan," imbuhnya.
(els/asr)