Nasib Mayat-mayat Pendaki di Gunung Everest, Dibiarkan Bergeletakan

CNN Indonesia
Rabu, 30 Agu 2023 13:45 WIB
Mayat-mayat pendaki dibiarkan bergeletakan di sepanjang rute pendakian Gunung Everest. Mayat jadi pemandangan umum di puncak gunung tertinggi dunia itu.
Sejumlah pendaki di Gunung Everest. (Istockphoto/sihasakprachum)
Jakarta, CNN Indonesia --

Bagi mereka yang gemar dan ahli mendaki, Gunung Everest barangkali menjadi salah satu impian untuk digapai puncaknya. Sebagai gunung tertinggi di dunia, Everest menjadi daya tarik besar pendaki di seluruh dunia untuk ditaklukkan.

Namun, mendaki Gunung Everest bukan perkara mudah, bahkan sangat sulit. Bukan rahasia lagi bahwa tidak sedikit pendaki yang tewas dalam perjalanan menuju puncak Everest.

Malah, mayat-mayat pendaki dibiarkan bergeletakan di sepanjang rute pendakian Gunung Everest. Mayat menjadi pemandangan umum di puncak gunung yang berada di Nepal tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu, kenapa banyak mayat dibiarkan bergeletakan di rute pendakian Gunung Everest? Ternyata masalahnya adalah Repatriasi atau pemulangan jenazah di Gunung Everest membutuhkan biaya sangat mahal.

Dalam sejumlah kasus, biaya repatriasi mencapai US$70 ribu atau sekitar Rp1 miliar. Sebenarnya, biaya untuk mendaki Gunung Everest pun tidak murah. Untuk membeli izin pendakian saja, pendaki mesti mengeluarkan biaya US$15 ribu atau Rp229 juta, itu belum termasuk ongkos tiket pesawat, asuransi, dan biaya perlengkapan.

Bahkan, dalam beberapa paket pendakian Everest, biayanya tidak jauh berbeda dengan perkiraan biaya repatriasi, bahkan bisa lebih mahal.

Ketika melakukan pendaftaran pendakian Gunung Everest, juga ada form kematian yang disepakati calon pendaki apakah nanti akan direpatriasi jika meninggal di atas gunung atau menyepakati pilihan lain.

Bukan hanya itu, proses evakuasi menurunkan mayat dari puncak Everest juga sangat berbahaya, sehingga bukan mustahil mereka yang mencoba mengevakuasi malah terluka atau bahkan ikut tewas.

Pada 1984, dua pendaki Nepal meninggal dunia di Gunung Everest ketika mencoba mengambil jenazah pendaki perempuan asal Jerman.

Sementara itu, pemegang rekor perempuan pemuncak Everest terbanyak, Lhakpa Sherpa, mengungkapkan bahwa dia melihat tujuh jenazah dalam perjalanan ke puncak Gunung Everest pada 2018.

"Satu yang di dekat puncak seolah tampak hidup karena angin meniup rambutnya," kata Lhakpa Sherpa, seperti dilansir Business Insider.

Sulitnya Proses Repatriasi di Gunung Everest

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER