Tumbuh di era digital membuat anak akrab dengan screen time sejak dini. Ahli pun memperingatkan sejumlah dampak negatif screen time yang berlebihan terhadap tumbuh kembang anak.
Menurut WHO, screen time artinya lamanya waktu yang digunakan anak untuk mengakses perangkat berbasis layar seperti tv, komputer, dan smartphone.
Ahmad Suryawan, Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Tumbuh Kembang Pediatrik Sosial IDAI mengatakan screen time ada dua yakni screen time aktif dan sedentarian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Screen time sedentarian ini fisik anak diam dan pasif. Inilah yang disinyalir bikin masalah kesehatan dan tumbuh kembang," kata dokter yang akrab disapa Prof Wawan ini dalam webinar bersama IDAI, Rabu (30/8).
![]() |
Wawan menyebut screen time memang berpotensi ada manfaat untuk edukasi anak. Hanya saja, orang tua perlu menyadari bahwa ada dampak negatif screen time terhadap kesehatan dan tumbuh kembang anak.
Dia memilah dampak screen time pada anak usia bawah 2 tahun dan di atas 2 tahun. Kenapa 2 tahun?
"Kita beri batas dua tahun, sebab usia dua tahun otak anak pesat perkembangannya dan struktur otaknya terbentuk sampai 80 persen. Kalau perkembangan otak anak usia 2 tahun normal, dia akan normal selamanya," katanya.
Wawan menjelaskan kondisi otak anak usia di bawah 2 tahun ini masih imatur (belum matang) untuk mengenali berbagai simbol, menyimpan memori, dan kemampuan atensi.
Di sini, otak anak kemampuannya terbatas untuk mentransfer pengetahuan dalam bentuk tiga dimensi.
"[Melihat karakteristik ini anak] belum mempunyai kemampuan belajar dari kegiatan screen time dibandingkan bila mereka berinteraksi langsung dengan pengasuh," jelas Wawan.
Orang tua mungkin memperbolehkan anak menggunakan tablet, smartphone, atau gawai lain berbasis layar sentuh. Anak mungkin senang dengan audiovisual pada layar. Namun screen time akan berdampak negatif pada otak anak.
Wawan memberikan contoh anak melihat gambar gajah, lalu digeser jadi gambar semut. Gajah dan semut ukurannya serupa di layar.
"Ini bisa merusak konstruksi dimensi anak tersebut. Gajah sesungguhnya sangat besar dan semut sangat kecil," katanya.
![]() |
Pada anak pra sekolah (3-6 tahun), anak dilatih untuk mengembangkan fungsi eksekutif guna modal bersekolah nanti. Fungsi eksekutif meliputi, ketekunan, kontrol reaksi, regulasi emosi, kreativitas, daya pikir fleksibel.
Fungsi eksekutif dilatih dengan kegiatan bermain secara sosial, tidak terstruktur, dan dalam bentuk interaksi orang tua-anak yang responsif.
Penggunaan e-book malah menurunkan tingkat pemahaman akan konten yang dibaca karena efek visual pada layar. Kemudian tidak ada interaksi dialogis antara orang tua dan anak sehingga fungsi eksekutif kurang berkembang.
Screen time berlebihan pada anak pra sekolah berhubungan dengan peningkatan indeks massa tubuh (IMT) dan berat badan di usia anak berikutnya.
Secara tidak sadar, screen time berpotensi obesitas karena faktor paparan iklan makanan di video dan screen time saat makan.
Wawan menyebut banyak orang tua mengeluh anak mereka susah tidur. Hal ini akibat durasi screen time berlebihan. Saat durasi screen time tinggi, durasi tidur menurun.
Screen time bisa bikin anak susah tidur selain karena kontennya yang menarik juga paparan blue light (sinar biru) yang menurunkan hormon melatonin (hormon tidur).
Dalam berbagai riset, screen time berlebihan berkaitan dengan gangguan kognitif, gangguan bicara-bahasa, dan gangguan sosial-emosi. Kondisi ini biasanya didukung interaksi orang tua-anak kurang, kebiasaan screen time orang tua, dan masalah fungsi keluarga dalam rumah tangga.
(els/pua)