Lokasi festival Burning Man di Black Rock berubah menjadi lubang lumpur raksasa setelah diguyur hujan lebat pada Sabtu (2/9) lalu.
Hal ini membuat penyelenggara terpaksa menutup gerbangnya.
"Jangan bepergian ke Kota Black Rock!" Cuitan penyelenggara Burning Man.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Akses ke kota ditutup selama sisa acara, dan Anda akan ditolak."
Mengutip AFP, penyelenggara mendesak pengunjung festival yang sudah berada di lokasi untuk "menghemat makanan, air dan bahan bakar, serta berlindung di tempat yang hangat dan aman.
Mereka mengatakan hujan kemungkinan besar tidak akan berhenti hingga Minggu malam. Festival ini dijadwalkan berakhir pada hari Senin.
Karena hujan lebat, "playa", lapangan terbuka besar tempat acara berlangsung, tidak dapat dilewati.
Tahun lalu, festival ini menghadapi gelombang panas yang hebat dan angin kencang, sehingga menyulitkan para "pembakar", sebutan bagi pengunjung festival.
Dimulai pada 1986 di San Francisco, Burning Man bertujuan untuk menjadi perayaan budaya dan retret spiritual.
Awalnya diselenggarakan di pantai San Francisco, Burning Man telah menjadi festival terjadwal, dengan anggaran hampir US$45 juta (angka tahun 2018) dan lebih dari 75 ribu peserta pada event terakhir. Jumlahnya turun dari edisi sebelumnya pada 2019 lalu.
Festival ini mencapai puncaknya setiap tahun dengan upacara pembakaran patung setinggi 40 kaki (12 meter).
(chs)