Jakarta, CNN Indonesia --
Merasakan sakit ketika berada di dalam pesawat boleh jadi sebuah pengalaman yang buruk. Apalagi sakit yang diderita tergolong kasus darurat medis. Lalu, apa yang harus dilakukan jika ini terjadi?
Seperti dilansir Stuff, menurut maskapai penerbangan Jerman Lufthansa, kasus darurat medis dalam penerbangan sebenarnya jarang terjadi, yakni antara 25 dan 100 kasus per satu juta penumpang pesawat.
Kejadian seperti kelahiran bayi, penggunaan defibrillator atau alat kejut listrik ke jantung, serta hidung yang patah karena perkelahian merupakan kondisi pengecualian yang jarang terjadi dalam penerbangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan penelitian terhadap hampir 12 ribu keadaan darurat medis dalam penerbangan yang dilakukan University of Pittsburgh Medical Centre, hampir 40 persen kasus yang terjadi adalah hilangnya kesadaran sementara karena tekanan darah rendah.
Lalu gejala masalah pernafasan menyumbang 12 persen, mual atau muntah sebanyak 10 persen, dan gejala gangguan jantung sebanyak delapan persen.
Sekitar tiga perempat kasus ketika awak kabin pesawat meminta bantuan dari penumpang yang memiliki pelatihan medis, tanggapannya positif.
Meskipun masalah medis paling umum terjadi di dalam pesawat adalah mual dan pusing, jika masalah tersebut lebih serius, beri tahu awak kabin.
Jika kamu bepergian dengan pasangan atau teman, mintalah mereka untuk memberi tahu awak kabin. Awak kabin memiliki akses terhadap peralatan medis dan mereka dilatih untuk menangani keadaan darurat medis, namun hanya sampai pada titik tertentu.
Mereka mungkin adalah orang yang memberikan pertolongan pertama, namun mereka bukan paramedis dan jika terjadi situasi tersebut mereka tidak terlatih untuk menghadapinya. Awak kabin mungkin akan membuat pengumuman yang menanyakan apakah ada dokter di pesawat tersebut.
Para profesional medis terkadang enggan untuk menjawab panggilan tersebut, dan tidak ada kewajiban bagi mereka untuk melakukannya. Beberapa dari mereka akan menunggu dengan harapan bahwa dokter lain yang memenuhi syarat akan merespons, beberapa tidak memiliki kualifikasi yang relevan, yang lain mungkin tertunda karena lingkungan yang sempit dan kurangnya sumber daya.
Ada juga ketakutan akan konsekuensi hukum yang mungkin terjadi, namun menurut laporan Pedoman Medis untuk Perjalanan Maskapai oleh Aerospace Medical Association, tidak ada kasus proses hukum yang diketahui terhadap seorang profesional medis yang menjadi sukarelawan dalam keadaan darurat medis dalam penerbangan.
Haruskah kamu terbang jika merasa tidak enak badan?
Sering kali penumpang memaksakan diri, karena ingin mencapai tujuan. Menyepelekan rasa sakit seperti hanya sakit kepala, demam ringan, hanya bersin, atau terasa kurang minum sebelum penerbangan.
Terbang berdampak pada sistem sirkulasi tubuh, karena tubuh cenderung tidak aktif dalam waktu lama, dan bagian pernapasan, karena lebih sedikit oksigen di kabin bertekanan dibandingkan di permukaan tanah.
Hal ini dapat membuat kamu kewalahan jika menderita beberapa kondisi kesehatan yang mengharuskan kamu melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum terbang.
Daftar tersebut mencakup angina atau nyeri dada, penyakit menular apa pun termasuk Covid-19, infeksi telinga atau sinus, serangan jantung atau stroke yang baru dialami, jika kamu mengalami sesak napas saat istirahat atau kesulitan bernapas, atau baru saja menjalani operasi. Bahkan sesuatu yang sederhana seperti sakit gigi bisa mengubah penerbangan menjadi siksaan yang memilukan.
Maskapai penerbangan dapat menolak menaiki pesawat jika kamu sakit. Sebab, maskapai penerbangan tidak ingin kamu ikut dalam penerbangan jika kamu berada dalam kondisi tidak sehat.
"Kondisi medis dapat diperburuk oleh lingkungan di dalam pesawat," tulis mantan Kapten Qantas Bill Austen dalam memoarnya, Cloud Surfing.
"Berkurangnya oksigen, udara kering, stres, kelelahan, pemisahan dari obat-obatan dan banyak komplikasi kecil. Dalam upaya untuk menggagalkan masalah-masalah tersebut, satu-satunya hal yang harus dilakukan, dalam kasus-kasus nyata, adalah dengan tidak membawa masalah tersebut ke dalam permasalahan. Saya bisa memberikan banyak contoh penumpang yang ditolak naik ke pesawat. Orang-orang tidak pernah senang dengan hal ini, namun terkadang hal ini harus dilakukan," jelasnya.
Penumpang yang sakit atau tidak mampu adalah masalah yang tidak mereka (maskapai) perlukan. Dalam kasus ekstrem, sebuah pesawat mungkin harus melakukan pemberhentian tak terjadwal untuk menurunkan penumpang yang mengalami keadaan darurat medis. Jika bisa diantisipasi, penumpang tersebut tidak akan terbang saat itu.
Bantuan medis di bandara
Bandara-bandara besar biasanya memiliki klinik kesehatan. Layanan yang mereka tawarkan berbeda-beda, tetapi setidaknya mereka dapat memberikan diagnosis dan perawatan medis serupa dengan apa yang dapat kamu harapkan dari dokter umum.
Selain layanan dan keahlian yang mereka tawarkan, staf klinik harus dapat mengatur perawatan lebih lanjut yang mungkin diperlukan. Klinik kesehatan harus menjadi tempat panggilan pertama kamu jika tiba dalam keadaan tidak sehat.