Studi: Makanan Olahan Berpemanis Buatan Terkait Depresi pada Wanita

CNN Indonesia
Senin, 25 Sep 2023 14:00 WIB
Sebuah studi terbaru menemukan konsumsi lebih banyak makanan dan minuman ultraproses yang ditambah pemanis buatan dikaitkan dengan perkembangan depresi.
Ilustrasi. Studi terbaru mengungkap kaitan konsumsi makanan olahan berpemanis buatan dengan peningkatan depresi pada wanita. (iStock/frantic00)
Jakarta, CNN Indonesia --

Anda seorang pecinta makanan olahan seperti pizza, donat, dan french fries? Sebaiknya Anda berpikir dua kali untuk mengonsumsi makanan ini terlalu sering.

Sebuah studi terbaru menemukan konsumsi lebih banyak makanan dan minuman ultraproses yang ditambah pemanis buatan dikaitkan dengan perkembangan depresi.

"Studi ini menunjukkan adanya hubungan antara konsumsi makanan ultra-olahan dan depresi, dengan risiko sekitar 50% lebih tinggi bagi mereka yang mengonsumsi 9 porsi (per hari) atau lebih (20%) teratas dibandingkan mereka yang mengonsumsi 4 porsi atau kurang," Gunter Kuhnle, seorang profesor ilmu pangan dan gizi di University of Reading, Inggris mengutip CNN.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kuhnle tidak terlibat dalam penelitian.

Makanan ultraproses termasuk sup kemasan, saus, pizza beku, makanan siap saji, dan makanan nikmat seperti hot dog, sosis, kentang goreng, soda, kue yang dibeli di toko, permen, donat, es krim, serta masih banyak lagi makanan dan minuman yang mengandung pemanis buatan.

"Studi kami berfokus pada hubungan antara makanan dan risiko selanjutnya terjadinya episode depresi baru," kata rekan penulis studi Andrew T Chan, profesor kedokteran di Harvard Medical School.

"Namun, ada juga kemungkinan bahwa bagi individu dengan depresi kronis, makanan ultraproses dapat memperburuk kondisi mereka," kata Chan.

Ketika para peneliti mengamati makanan ultraproses tertentu, hanya makanan dan minuman yang dibuat dengan pemanis buatan yang dikaitkan dengan peningkatan risiko depresi di antara orang-orang yang diteliti, yang semuanya perempuan.

"Ini adalah temuan menarik karena menunjukkan hubungan antara asupan UPF [ultra proccesed food] dan depresi didorong oleh satu faktor yaitu pemanis buatan," katanya.

Kaitan makanan olahan berpemanis buatan dan depresi

Ilustrasi perempuan menangisIlustrasi. Apa kaitan makanan olahan berpemanis buatan dengan depresi? (iStock/PonyWang)

Mengapa makanan seperti itu dikaitkan dengan timbulnya depresi?

Kata Chan, yang pertama adanya hubungan yang diketahui antara makanan ultraproses dan peradangan kronis.

Peradangan adalah akar penyebab banyak penyakit kronis. Misalnya, penelitian telah menghubungkan kanker kolorektal makanan ultraproses pada pria dan penyakit jantung serta kematian dini pada pria dan wanita.

"Ratusan penelitian menghubungkan makanan ultra-olahan dengan obesitas, kanker, penyakit kardiovaskular, dan kematian secara keseluruhan," Marion Nestle, profesor emerita nutrisi, studi makanan, dan kesehatan masyarakat Paulette Goddard di New York University, mengatakan kepada CNN dalam sebuah wawancara pada 2022.

Sebuah studi pada 2014 menemukan hubungan antara soda diet dan minuman buah diet dengan depresi. Orang yang menggunakan pemanis buatan dalam kopi dan tehnya juga lebih mungkin mengalami depresi, menurut penelitian tersebut.

Ada kaitannya juga dengan demensia. Jika lebih dari 20% kalori harian seseorang berasal dari makanan ultraproses, risiko penurunan kognitif meningkat sekitar 28%, menurut sebuah studi tahun 2022.

"Ada juga hubungan antara makanan ultraproses dan gangguan mikrobioma usus," kata Chan. "Ini adalah mekanisme potensial penting yang menghubungkan makanan ultraproses dengan depresi karena ada bukti yang muncul bahwa mikroba di usus telah dikaitkan dengan suasana hati melalui perannya dalam metabolisme dan produksi protein yang memiliki aktivitas di otak."

Penelitian yang diterbitkan Rabu (20/9) di jurnal JAMA Network Open ini meneliti pola makan hampir 32.000 wanita paruh baya yang menjadi bagian dari Nurses' Health Study II, sebuah tinjauan longitudinal terhadap kesehatan wanita.

Penelitian ini tidak melibatkan laki-laki sehingga hasilnya tidak dapat digeneralisasikan.

Selain itu, penelitian ini bersifat observasional, artinya peneliti hanya dapat menemukan hubungan antara timbulnya depresi dan asupan makanan ultraproses.

"Oleh karena itu, penelitian ini tidak dapat menjelaskan kemungkinan fenomena yang dikenal sebagai "kausalitas terbalik," kata David Katz, spesialis pengobatan pencegahan dan gaya hidup yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

"Sejauh minuman manis dan makanan ultraproses menawarkan 'kenyamanan' yang akut, meskipun hanya sekilas, masuk akal juga bahwa ketidaknyamanan awal akibat depresi yang semakin meningkat memotivasi ketergantungan yang lebih besar pada makanan tersebut," kata Katz.

"Dalam konstruksi ini, depresi menyebabkan peningkatan asupan UPF, bukan sebaliknya."

"Depresi dini kemungkinan besar akan mengganggu pengendalian pola makan dan meningkatkan asupan makanan yang 'nyaman' dan 'junk'. Suasana hati yang menurun mungkin akan semakin menurunkan pola makan, dan spiral kemerosotan pun terjadi," katanya.

Paul Keedwell, konsultan psikiater dan rekan dari Royal College of Psychiatrists, mengatakan sulit juga untuk memisahkan dampak pola makan terhadap risiko depresi dibandingkan dengan faktor risiko lain yang diketahui, seperti riwayat depresi dalam keluarga, tingkat stres yang tinggi, dan kurangnya jaringan sosial yang mendukung.

Para peneliti mengontrol sejumlah penyebab potensial depresi lainnya, seperti usia, indeks massa tubuh (BMI), total kalori, terapi hormon menopause, penggunaan alkohol, durasi tidur, nyeri, dan penyakit lain, seperti diabetes dan hipertensi.

"Meski demikian, para penulis tampaknya telah menyesuaikannya dengan hati-hati, dan hubungan antara pemanis buatan dan depresi terlihat jelas," kata Keith Frayn, Profesor Emeritus Metabolisme Manusia di Universitas Oxford.

"Hal ini menambah kekhawatiran tentang pemanis buatan dan kesehatan kardiometabolik," tambahnya. "Hubungannya dengan depresi memerlukan konfirmasi dan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui bagaimana hal itu bisa terjadi."

(pua/pua)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER