Cerita 'Hotel Kiamat' Korea Utara yang Kesepian Tak Pernah Punya Tamu

CNN Indonesia
Sabtu, 28 Okt 2023 18:14 WIB
Meski jadi salah satu bangunan ikonik dan populer di Korea Selatan, namun Hotel Ryugyong tak pernah menerima satu pun tamu.
Meski jadi salah satu bangunan ikonik dan populer di Korea Selatan, namun Hotel Ryugyong tak pernah menerima satu pun tamu. (Getty Images/boggy22)
Jakarta, CNN Indonesia --

Hotel Ryugyong yang terletak di Pyongyang jadi salah satu bangunan populer di Korea Selatan. Namun, fakta menyebutkan bahwa hotel ini tak pernah menerima satu pun tamu.

Meski demikian, bangunan hotel ini tetap menjadi daya tarik internasional. Betapa tidak, dengan ketinggian sekitar 329 meter, Hotel Ryungyong menjadi bangunan kosong tertinggi di dunia yang menyimpan misteri.

Karena itu pula, bangunan yang memiliki 105 lantai ini kemudian dijuluki 'hotel of doom' alias 'hotel kiamat'.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengutip Mirror, hotel ini benar-benar kosong selama beberapa dekade setelah pengerjaannya dimulai pada tahun 1987 silam. Hotel ini bahkan belum pernah dibuka secara resmi.

Bangunan hotel ini terlihat menjulang tinggi di pusat Kota Pyongyang dengan bayangan yang menakutkan.

Hotel ini memiliki bentuk bangunan berupa struktur segitiga yang sering terlihat dalam film science-fiction. Dari jauh, bangunan hotel ini terlihat ibarat sambaran petir yang menusuk langit.

Seandainya hotel ini dibuka sesuai rencana pada 1989 silam, maka Ryugyong bakal menjadi hotel tertinggi di dunia.

Namun kenyataan tak berbicara demikian. Alih-alih sebagai hotel tertinggi, Ryugyong justru jadi bangunan kosong tertinggi di dunia.

Saat ini, dari 3 ribu ruangan dan kamar yang ada di dalamnya masih tetap kosong.

Wonsan, North Korea - 1 August 2014. People hanging out on a concrete terrace by the seaIlustrasi suasana wisata di Korea Utara. (iStockphoto/Karsten Jung)

Pengerjaan bangunan ini dimulai setelah sebuah perusahaan Korea Selatan membangun hotel tertinggi di dunia bernama Westin Stamford di Singapura. Pada saat yang sama, Seoul tengah mempersiapkan diri untuk menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas yang menjadi salah satu indikasi pertumbuhan ekonominya.

Tak mau kalah, pemerintah Korea Utara menjadi tuan rumah Festival Pemuda dan Pelajar Dunia pada tahun 1989. Hotel Ryugyong rencananya akan dibuka bertepatan dengan pembukaan gelaran tersebut.

Namun apa lacur, krisis ekonomi menggagalkan rencana tersebut. Proyek ini terhenti pada tahun 1992 silam, saat Korea Utara menghadapi krisis ekonomi akibat runtuhnya Uni Soviet. Momentum itu membuat kontraktor Mesir, Orascom, mengambil alih proyek tersebut.

Pada periode itulah, bangunan tersebut mendapat julukan 'hotel of doom'.

Beberapa tahun setelah Orascom mengambil alih proyek tersebut, panel kaca dipasang di luar Ryugyong. Para pejabat setempat mengatakan bahwa hotel akan dibuka pada tahun 2012, yang kemudian diundur ke tahun 2013 dan ke tahun-tahun berikutnya.

Terakhir, pekerjaan yang dilakukan pada gedung itu terjadi di tahun 2018. Kala itu, layar LED dipasang di bagian luar untuk menyebarkan video propaganda ke seluruh kota.

Mengutip Business Insider, dibutuhkan biaya sekitar US$2 miliar atau sekitar Rp31,8 triliun untuk menyelesaikan Hotel Ryugyong. Jika produk domestik bruto (PDB) Korea Utara adalah sekitar US$40 miliar, maka biaya penyelesaian bangunan tersebut mengambil sekitar 5 persen dari total PDB.

Namun demikian, bangunan ini sebenarnya masih difungsikan saat ini. Hanya saja, fungsinya saat ini tak sesuai dengan rencana awal.

Bangunan hotel ini seolah menjadi salah satu landmark ikonik yang dimiliki Pyongyang. Bangunan ini kerap dijadikan latar gelaran-gelaran tertentu, seperti misalnya pertunjukan kembang api saat peringatan Hari Buruh pada tahun 2009.

Selain itu, bangunan ini juga kerap dijadikan sebagai latar pertunjukan-pertunjukan seni. Tak cuma itu, bangunan yang futuristik ini juga kerap dijadikan medium propaganda.

(asr/asr)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER