Cuci Darah: Prosedur, Risiko, dan Waktu yang Tepat

Advertorial | CNN Indonesia
Rabu, 03 Jan 2024 00:00 WIB
Menjaga kesehatan ginjal merupakan hal penting yang sudah seharusnya kita lakukan sejak dini.
Ilustrasi cuci darah. (Foto: Istockphoto/Semen Salivanchuk)
Jakarta, CNN Indonesia --

Menjaga kesehatan ginjal merupakan hal penting yang sudah seharusnya kita lakukan sejak dini. Terlebih, organ ini memiliki peran penting dalam tubuh, yaitu untuk menyaring darah dari racun dan zat berbahaya yang tidak dibutuhkan dalam tubuh.

Konsultan Ginjal Hipertensi RS Medika Permata Hijau, dr. Hery Emria, menyampaikan dalam kasus dan masalah kesehatan tertentu, ginjal dapat kehilangan fungsinya dan tubuh seseorang akan kehilangan kemampuan untuk menyaring darah juga membuang sisa zat berbahaya dari dalam darah.

"Jika itu terjadi, maka mereka harus melakukan cuci darah, yang merupakan prosedur wajib dilakukan ketika seseorang tidak lagi memiliki ginjal dengan fungsi baik," ujarnya.

Cuci darah atau lebih dikenal dengan istilah medis hemodialisis merupakan prosedur dalam dunia kedokteran yang dilakukan untuk membuang racun dan zat-zat sisa dalam darah yang sudah tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh menggunakan mesin.

Proses cuci darah biasanya dilakukan tiga kali dalam seminggu dan akan berlangsung selama empat jam pada setiap prosedurnya, namun dokter bisa saja merekomendasikan kebutuhan tergantung dari kondisi dan kesehatan pasien.

Pada seseorang yang sehat, darah disaring di dalam ginjal dan sisa-sisa cairan dan racun akan dibuang melalui uretra dalam bentuk urine. Namun jika ginjal kehilangan kemampuannya untuk bisa menyaring darah dengan maksimal, ini dapat membuat racun dan zat-zat berbahaya lainnya mengendap dalam tubuh.

Penyakit yang Membutuhkan Cuci Darah

Sudah dipastikan bahwa penyakit ginjal merupakan jenis penyakit yang mengharuskan seorang pasien untuk melakukan cuci darah, karena cuci darah sendiri berfungsi untuk menggantikan tugas ginjal dalam menyaring zat-zat berbahaya dalam tubuh.

Kondisi gagal ginjal baik kronis maupun akut merupakan alasan utama apakah seseorang membutuhkan cuci darah atau tidak. Jika fungsi ginjal telah menurun sebanyak 80-90 persen, maka cuci darah adalah hal wajib yang harus dilakukan oleh pengidap gagal ginjal.

Gagal ginjal sendiri bisa terjadi akibat beberapa kondisi yang bisa merusak ginjal, seperti:

  • Hipertensi
  • Diabetes
  • Lupus atau
  • Penyakit ginjal polikistik

Beberapa orang bisa terkena ginjal tanpa alasan yang diketahui. Gagal ginjal bisa menjadi kondisi jangka panjang, atau bisa datang tiba-tiba setelah sakit parah atau cedera.

Cara Kerja Cuci Darah

Hemodialisis merupakan jenis prosedur cuci darah yang paling umum, prosedur ini bekerja menggunakan mesin bernama dialisis. Proses penyaringan dilakukan dengan mengalirkan darah melalui jarum dan tabung yang disambungkan ke lengan, yang kemudian akan dialirkan ke dalam mesin dialisis untuk disaring.

Di dalam mesin, darah akan diedarkan melalui filter dialyzer, yang memindahkan limbah ke dalam larutan dialisis yang mengandung air, garam, dan zat tambahan lainnya. Dalam tahap ini, darah akan tersaring dan zat-zat bahaya akan dibuang sehingga darah akan dalam keadaan bersih dan siap dimasukkan ke dalam tubuh kembali.

Darah yang telah disaring kemudian akan dialirkan kembali ke tubuh melalui jarum yang berbeda di lengan. Selama proses ini berlangsung, dokter maupun petugas kesehatan akan terus memantau tekanan darah untuk menyesuaikan seberapa cepat darah mengalir masuk dan keluar dari tubuh.

Risiko dan Efek Samping

Setelah proses cuci darah dilakukan, tekanan darah mungkin akan turun menjadi rendah, ini mungkin juga bisa menimbulkan rasa mual, pusing atau bahkan pingsan. Namun tidak perlu khawatir karena semua kondisi ini akan selalu di monitor dan ditangani oleh dokter.

Adapun beberapa efek samping lain dari hemodialisis meliputi:

  • Nyeri dada atau nyeri punggung
  • Sakit kepala
  • Kulit yang gatal
  • Kram otot
  • Sindrom kaki gelisah

Beberapa risiko dan komplikasi dalam cuci darah juga bisa terjadi seperti infeksi pada tempat suntikan, aliran darah yang buruk, atau penyumbatan dari jaringan parut atau bekuan darah, namun ini jarang terjadi dan bisa ditangani oleh dokter.

Waktu Cuci Darah

Cuci darah hanya dapat dilakukan setelah mendapatkan diagnosa dan rekomendasi pengobatan dari dokter. Apabila pasien mengalami gagal ginjal dengan tingkat kerusakan mencapai 80-90 persen, maka cuci darah akan diwajibkan untuk mencegah adanya komplikasi di kemudian hari.

Hal ini dikarenakan darah yang terkontaminasi zat-zat berbahaya bisa menyebabkan berbagai macam masalah yang serius.

Cuci darah juga bisa dilakukan pada pasien gagal ginjal yang sedang menunggu donor organ ginjal. Ini terjadi pada pasien gagal ginjal kronis, di mana ginjalnya sudah tidak bisa dipulihkan kembali dan harus menunggu donor untuk mengganti ginjalnya.

Namun, cuci darah bisa dihindari dengan memperhatikan gaya hidup agar tetap sehat, seperti tetap rutin berolahraga, menjaga kadar gula serta tekanan darah, juga memenuhi kebutuhan cairan dengan mengonsumsi air putih minimal delapan gelas sehari.

Anda bisa mengonsultasikan masalah terkait cuci darah dengan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal atau Ahli Nefrologi. Perhatikan kesehatan ginjal dari sekarang!

(adv/adv)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER