Bagi sebagian besar orang, alergi mungkin dianggap sebagai gangguan kesehatan yang sepele. Hal ini karena umumnya gejala alergi hanya gatal seperti biduran dan ruam merah di sekitar kulit.
Ternyata, alergi juga bisa sangat berbahaya bahkan bisa membuat penderitanya kehilangan nyawa.
Hal ini diungkap oleh dokter spesialis penyakit dalam, konsultan alergi imunologi di Eka Hospital Cibubur, Yovita Mulyakusuma.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Gejala alergi kan macam-macam, memang ada yang hanya di kulit seperti gatal dan bentol. Tapi ada juga yang menyebabkan sesak napas hingga muncul anafilaksis yang sangat berbahaya," kata Yovita dalam acara Temu Media bersama Eka Hospital di Bogor, Rabu (21/2).
Anafilaksis ini kata Yovita merupakan salah satu reaksi alergi yang ditandai dengan berbagai keluhan. Mulai dari kesulitan bernapas, kesulitan menelan, batuk, gatal di mulut, nyeri di bagian perut, bengkak di beberapa bagian tubuh, hingga berujung pada syok atau hilang kesadaran.
"Tekanan darah pasien juga bisa menurun drastis, asupan oksigen berkurang karena dia mengalami sesak napas," katanya.
Jika alergi ini tidak ditangani, akibatnya bisa fatal. Pasien bisa meninggal dunia karena gagal jantung dan komplikasi masalah di organ akibat terpapar alergen.
Di Indonesia sendiri, Yovita mengaku memang jarang sekali ada pasien alergi yang mengalami anafilaksis. Jika ada, pemicu alergi biasanya zat yang terkandung dalam obat-obatan bukan pada makanan.
Hal berbeda justru banyak terjadi di negara-negara Eropa dan Amerika. Banyak yang mengalami anafilaksis karena alergi makanan, mulai dari kacang hingga seafood.
Apa yang harus dilakukan jika bertemu dengan pasien alergi dengan gejala anafilaksis?
Cara terbaik adalah dengan menghindari zat pemicu alergen pada pasien. Namun jika sudah terpapar sebaiknya segera lakukan langkah-langkah berikut agar pasien bisa diselamatkan:
Bantu pasien agar bisa bernapas dengan nyaman. Bisa dengan memberinya ruang atau membantu dengan memberi napas buatan.
Pasien yang memiliki alergi berat biasanya memiliki obat khusus seperti EpiPen untuk mengantisipasi jika alerginya kambuh. Jika ini terjadi bantu pasien untuk menyuntik EpiPen ke tubuhnya.