Sosok lelaki tua berkacamata dan berpeci itu tersenyum tipis di sampul belakang bulu Iqro. Buku ini jadi pintu masuk bagi siapa pun yang ingin mempelajari cara membaca Al-Qur'an.
Bagi orang-orang kelahiran 1980-an dan 1990-an, buku Iqro pasti punya kenangan tersendiri. Pada masanya, anak-anak kerap meramaikan bulan Ramadan dengan belajar mengaji di masjid. Salah satunya lewat buku Iqro.
Buku Iqro sendiri pertama kali terbit pada awal 1990-an. Buku ini terdiri dari enam jilid, di mana masing-masing jilid menggambarkan tingkat pembelajaran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Buku Iqro sendiri berisi pengenalan terhadap huruf-huruf Arab, lengkap dengan cara membacanya.
Jika sudah 'tamat' menyelesaikan Iqro 6, tahap selanjutnya adalah membaca Al-Qur'an. Dengan menamatkan Iqro, seseorang dianggap sudah bisa membaca Al-Qur'an.
Tapi, di luar pengenalan metode membaca Al-Qur'an, buku Iqro sendiri punya ciri khas yang bisa jadi penuh kenangan di benak banyak orang. Ciri khas itu adalah sosok seorang kakek berparas kurus dengan kacamata dan peci yang tampil di sampul belakang Iqro.
Siapa sebenarnya kakek yang selalu tersenyum tipis itu?
Mengutip laman Muhammadiyah, sosok kakek di sampul belakang Iqro itu adalah KH As'ad Humam. Pria kelahiran Kotagede, Yogyakarta tahun 1933 ini tumbuh besar di lingkungan Muhammadiyah.
Sebagai anak kedua dari tujuh bersaudara, As'ad dikenal sebagai sosok yang terbuka dalam belajar.
Namun, pendidikannya harus berhenti saat As'ad duduk di bangku kelas dua SMA Mu'allimin Muhammadiyah, Yogyakarta. Ia terpaksa berhenti melanjutkan pendidikannya karena kecelakaan yang dialaminya pada tahun 1963.
![]() |
Dalam perjalanannya, As'ad juga dikenal sebagai sosok penemu metode Iqro. Bagaimana ceritanya?
Di Indonesia, perkembangan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA/TPQ) mulai bangkit di akhir era 1980-an.
Kala itu, tokoh Islam KH Dahlan Salim Zarkasyi menemukan metode Qiroati, yang merupakan metode tradisional Baghdadi. As'ad ikut mengajarkan metode Qiroati ini pada anak-anak.
Namun, ia menilai metode tersebut kurang efektif. Pasalnya, dibutuhkan waktu selama 2-3 tahun untuk menguasainya.
Lihat Juga : |
Ia juga menilai bahwa metode Qiroati masih bisa disempurnakan. Namun, ide untuk menyempurnakan metode tersebut ditolak. As'ad berhenti mengajarkan Qiroati.
Tak patah arang, As'ad mencoba menemukan metode baru. Tak bosan-bosan ia duduk di bawah pohon jambu untuk mencari formula yang tepat hingga akhirnya menemukan metode Iqro pada tahun 1986.
Ditemukannya Iqro membuat cara mempelajari Al-Qur'an menjadi lebih efektif dibandingkan Qiroati.
(asr/asr)