Studi Kaitkan Diet Intermittent Fasting dan Risiko Penyakit Jantung

CNN Indonesia
Senin, 25 Mar 2024 07:30 WIB
Sebuah studi menghubungkan diet intermittent fasting dan risiko kematian penyakit jantung. Hasil studi dinilai kontroversial oleh sejumlah ahli.
Ilustrasi. Studi yang menghubungkan diet intermittent fasting dengan risiko penyakit jantung dinilai kontroversial. (iStockphoto/everydayplus)
Jakarta, CNN Indonesia --

American Heart Association (AHA) merilis sebuah hasil penelitian yang menghubungkan diet intermittent fasting dengan risiko penyakit jantung.

Secara spesifik, studi tersebut menemukan diet jenis ini dapat meningkatkan risiko kematian akibat penyakit jantung.

Menukil laman AHA, penelitian ini mengumpulkan data lebih dari 20 ribu orang dewasa, sebagai bagian dari survei nasional Amerika Serikat (AS) yang dilakukan selama 2013-2018.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para peneliti membandingkan informasi di atas dengan data orang-orang yang meninggal dunia di AS akibat penyakit jantung sepanjang tahun 2003-2019.

Para peneliti menyimpulkan, orang yang memiliki waktu makan selama 8 jam sehari 91 persen lebih mungkin meninggal dunia karena penyakit jantung dibandingkan mereka yang makan lebih dari 12-16 jam sehari. Waktu makan selama 8 jam dikaitkan dengan diet intermittent fasting 16:8.

Studi juga menemukan bahwa orang yang memiliki penyakit jantung dan punya kebiasaan makan dalam jangka waktu kurang dari 10 jam sehari berisiko kematian akibat penyakit kardiovaskular 66 persen lebih tinggi.

Secara keseluruhan, menjalani pola makan yang dibatasi oleh waktu tidak menurunkan risiko kematian akibat apa pun.

Diet intermittent fasting sendiri dikenal sebagai pola makan yang membagi antara waktu makan dan puasa. Ada beberapa jenis diet intermittent fasting, di mana pembagian waktu makan dan puasa berbeda satu sama lain.

Studi diet intermittent fasting dan risiko jantung dinilai kontroversial

Intermittent Fasting Weight Loss dieting conceptIlustrasi. Studi kontroversial menemukan hubungan antara diet intermittent fasting dengan risiko kematian penyakit jantung. (iStockphoto/clubfoto)

Penelitian tentang diet intermittent fasting dan risiko penyakit jantung menjadi sorotan dan kontroversial. Para ahli meminta masyarakat untuk tidak menelan hasil studi tersebut begitu saja.

Dokter spesialis jantung di UCLA Health Megan Karmath mengatakan bahwa penelitian yang dimaksud belum dipublikasikan secara resmi. Penelitian juga belum menjalani tahap peer-review yang jadi tolok ukur kredibilitas sebuah studi.

"Peer-review adalah bagian penting dari proses penerbitan hasil studi untuk memastikan penelitian yang akurat," ujar Karmath, mengutip Verywell Health.

Ditambah lagi, data tersebut juga hanya didasarkan pada asupan makanan selama dua hari. Karmath menilai, waktu tersebut sangat terbatas untuk membuat sebuah kesimpulan.

"Data makan selama dua hari adalah waktu yang terbatas, apalagi saat dikaitkan dengan penyakit kardiovaskular dan semua penyebab kematian," ujar Karmath.

Karmath juga mencatat sejumlah keterbatasan dalam studi tersebut. Misalnya, informasi tentang apa saja yang dikonsumsi peserta studi selama waktu makan.

Selain itu, studi ini juga tak memasukkan faktor risiko gaya hidup lainnya yang bisa memicu penyakit kardiovaskular seperti tingkat aktivitas fisik dan kebiasaan merokok.

Dokter spesialis jantung di Northwell Health Joseph Daibes justru menyoroti beberapa manfaat diet intermittent fasting. Beberapa manfaat ini telah ditemukan dalam sejumlah studi terdahulu.

"Kami memiliki data yang menunjukkan bahwa puasa intermiten dan makan dengan batasan waktu bermanfaat bagi kesehatan karena berbagai alasan," ujar Daibes.

ilustrasi diet rendah proteinIlustrasi. Studi tentang diet intermittent fasting dan risiko penyakit jantung dinilai kontroversial. (iStockphoto/kitzcorner)

Misalnya, sebuah meta-analisis pada 2019 menemukan, membatasi waktu makan dikaitkan dengan penurunan tekanan darah, penurunan berat badan, dan peningkatan angka harapan hidup.

Yang terpenting, lanjut Daibes, adalah asupan bergizi di saat waktu makan.

"Anda perlu melakukan pola puasa intermiten dengan cara yang benar. Anda tak bisa bebas makan apa saja yang diinginkan selama batas waktu makan yang ditentukan," ujar Daibes.

Alih-alih mempercayai begitu saja studi tentang diet intermittent fasting dan risiko jantung yang kontroversial ini, Daibes menyarankan Anda untuk menjalani pola makan seimbang. Perbanyak asupan nabati dari sayuran dan daging putih atau ikan.

[Gambas:Video CNN]



(asr/asr)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER