Gangguan pada pembuluh darah otak merupakan masalah kesehatan serius yang dapat berisiko tinggi jika tidak ditangani dengan tepat. Salah satu kondisi berbahaya yang sering ditemui adalah malformasi pembuluh darah atau Arteriovenous Malformation (AVM), di mana terjadi kelainan pada perkembangan pembuluh darah yang menghubungkan arteri dan vena di otak.
Pembuluh darah ini membentuk kumpulan yang tampak seperti benang kusut, yang dikenal sebagai nidus. Nidus yang rapuh berpotensi pecah sewaktu-waktu, menyebabkan stroke perdarahan yang dapat berakibat fatal.
Sebuah contoh kasus menimpa seorang pasien laki-laki berusia 39 tahun yang mendadak mengalami kelemahan pada anggota tubuh sebelah kanan, serta mengalami gangguan daya ingat dan kemampuan berbicara. Setelah melalui pemeriksaan intensif, ia didiagnosis menderita AVM.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kasus ini pun berhasil diatasi melalui tindakan Angiografi Otak (Digital Subtraction Angiography/DSA) dan Embolisasi Endovaskular di Tahir Neuroscience Center Mayapada Hospital Bandung di bawah penanganan dr. Condrad MP Pasaribu, Sp.N (K) FINS.
Menurut dr. Condrad, kasus AVM seperti yang dialami pasien tersebut ditangani dengan tindakan DSA dan Embolisasi Endovaskular untuk menemukan dan mengatasi penyebab keluhan. Kedua tindakan ini dilakukan dengan memakai bius (anestesi) umum di ruangan Cath Lab (ruangan kateterisasi).
"DSA dilakukan untuk melihat gambaran pembuluh darah otak dan juga leher," ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (20/9).
Ia menjelaskan bahwa prosedur tersebut dilakukan dengan memasukkan kateter ke dalam pembuluh darah di lipatan paha, yang kemudian dinavigasikan ke pembuluh darah leher dan otak menggunakan wire dan dipandu dengan fluoroskopi atau sinar X. Hal ini memungkinkan untuk mendapatkan gambar detail dari pembuluh darah leher dan otak.
Selanjutnya, dilakukan Embolisasi Endovaskular, yaitu bedah minimal invasif dengan memasukkan zat khusus yang berfungsi menyumbat aliran darah menuju nidus AVM. Prosedur ini bertujuan untuk mengurangi tekanan di otak, mengembalikan aliran darah di otak ke kondisi normal, dan mencegah pecahnya (ruptur) AVM.
"Pasca-tindakan, keluhan pasien membaik, dapat berbicara dan bercerita dengan lancar, serta tidak didapatkan nyeri kepala, kelemahan anggota gerak, atau gangguan saraf yang lain. Pemeriksaan berkala masih perlu dilakukan untuk memastikan AVM telah sembuh sepenuhnya dan tidak kambuh kembali," papar dr. Conrad.
Di sisi lain, Dokter Spesialis Neurologi Konsultan Neuro Intervensi di Mayapada Hospital Surabaya, dr. Dedy Kurniawan, Sp.N (K) FINA, menjelaskan bahwa penyebab terbentuknya malformasi pembuluh darah di otak (AVM) belum diketahui dengan pasti. Namun, ia menduga bahwa kondisi ini terjadi akibat kelainan genetik yang dapat diturunkan dalam keluarga.
"Kebanyakan AVM sudah ada saat lahir dan terbentuk selama perkembangan janin, namun AVM juga dapat terbentuk di kemudian hari. Selain sering terjadi pada otak, AVM juga kerap terjadi pada tulang belakang," katanya.
Ia menjelaskan bahwa AVM pada otak dapat terbentuk tanpa menimbulkan gejala sama sekali sampai akhirnya pecah dan menyebabkan stroke perdarahan di otak. Namun, pada sebagian orang, beberapa gejala yang dapat dirasakan meliputi nyeri kepala pada satu sisi atau area kepala, kejang, kelemahan pada satu sisi anggota gerak, serta gangguan neurologis lainnya.
Gejala-gejala ini terjadi karena ukuran AVM yang semakin membesar, menekan jaringan otak, dan mengganggu aliran pada pembuluh darah otak yang normal di sekitar AVM. Stroke perdarahan di otak akibat pecahnya AVM merupakan kondisi yang mengancam nyawa dan dapat terjadi secara tiba-tiba.
"Pemeriksaan dini penting terutama untuk siapapun yang memiliki riwayat keluarga dengan gangguan pembuluh darah otak. Semakin dini AVM diketahui, penanganannya juga akan menjadi semakin optimal," tegas dr. Dedy.
Pemeriksaan kesehatan secara rutin, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko tertentu, sangat penting untuk mendeteksi dini gangguan saraf seperti AVM. Tahir Neuroscience Center siap membantu menjaga kesehatan otak dan saraf masyarakat dengan menyediakan layanan pemeriksaan yang lengkap dan akurat.
Sebagai informasi, Tahir Neuroscience Center merupakan layanan komprehensif untuk penanganan gangguan saraf, otak, dan tulang belakang, mulai dari deteksi dini, diagnosis, tindakan neuro intervensi dan bedah saraf, hingga neuro rehabilitasi.
Layanan terpadu dari Mayapada Hospital ini juga telah berpengalaman menangani kasus kompleks lainnya dengan tindakan advanced, seperti tindakan operasi tumor kepala dan saraf tulang belakang secara minimal invasif, Trigeminal Neuralgia, Deep Brain Stimulation untuk penanganan Parkinson, dan operasi tumor tulang belakang.
(rir)