Komplit, Ragam Pemeriksaan untuk Cegah Stroke di Mayapada Hospital

Mayapada Hospital | CNN Indonesia
Selasa, 24 Sep 2024 10:48 WIB
Ilustrasi stroke. (Foto: iStockphoto/peterschreiber.media)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sebagai salah satu penyakit dengan risiko tertinggi, pencegahan stroke harus dilakukan secara menyeluruh. Salah satu yang paling utama, adalah menghentikan gaya hidup tak sehat yang menyebabkan pemicu faktor risiko seperti hipertensi, diabetes, dan kolesterol tinggi.

Langkah pencegahan stroke yang tak kalah efektif adalah dengan skrining secara rutin guna meminimalisir risiko stroke. Terlebih, jika terdapat riwayat stroke dalam keluarga. Skrining itu bisa dilakukan lewat pemeriksaan laboratorium guna mengecek kadar gula darah, kadar kolesterol (kolesterol total, HDL, LDL), lemak dalam darah (trigliserida), indikator fungsi ginjal (ureum dan kreatinin), asam urat, serta D-dimer atau faktor pembekuan darah (darah kental).

Dr. dr Cep Juli, Sp.N (K) sebagai Dokter Spesialis Neurologi Konsultan Neurovaskular Neurotrauma di Mayapada Hospital Bandung menyatakan, pilihan lain skrining stroke adalah USG Karotis atau Carotid Doppler (CD), yaitu pemeriksaan non-invasif (non-bedah) menggunakan gelombang suara.

Metode ini berfungsi untuk mendeteksi gangguan arteri karotis, yakni dengan menilai aliran darah di arteri karotis, pembuluh darah yang terletak di masing-masing sisi leher. Selain itu, USG Karotis juga dapat menilai ketebalan dinding arteri karotis, sekaligus mendeteksi penyempitan atau sumbatan akibat plak pada arteri karotis.

Menurut dr. Juli, penyempitan atau sumbatan di arteri karotis umumnya dikarenakan penumpukan plak dari lemak, kolesterol, kalsium, dan substansi lainnya yang bersirkulasi pada aliran darah.

"Pembentukan plak pada arteri disebut Atherosclerosis yang menyebabkan penurunan aliran darah dan oksigen ke otak sehingga mengakibatkan stroke iskemik/sumbatan. Selain menghambat aliran darah, gangguan pada arteri karotis juga dapat menyebabkan plak membentuk bekuan darah yang kemudian menyumbat pembuluh darah yang lebih kecil," tuturnya.

dr. Juli menyampaikan, gangguan arteri karotis yang terdeteksi dini dan mendapatkan penanganan cepat besar kemungkinan menurunkan risiko stroke. Metode USG Karotis di Tahir Neuroscience Center Mayapada Hospital dengan fasilitas paling mutakhir direkomendasikan bagi pasien dengan kondisi yang berpotensi mengalami peningkatan risiko stroke.

Yang dimaksud berpotensi mengalami peningkatan risiko stroke, seperti pernah terserang stroke ringan atau TIA (Transcient Ischemic Attack) dan jenis stroke lainnya, memiliki riwayat hipertensi, kolesterol tinggi, penyakit jantung koroner, riwayat stroke atau penyakit jantung dalam keluarga, pengerasan pembuluh darah arteri, atau jika terdengar bunyi abnormal pada arteri karotis menggunakan stetoskop.

Dokter Tri Wahyudi, Sp.S FINS FINA yakni Dokter Spesialis Neurologi Fellow Intervensi di Mayapada Hospital Tangerang mengungkapkan, pada pemeriksaan USG Karotis, dokter akan menempelkan alat transduser USG pada kedua sisi leher secara bergantian.

"Transduser USG akan memancarkan gelombang suara dan diterjemahkan oleh komputer dalam bentuk gambar bergerak di monitor. Pemeriksaan USG karotis berlangsung selama kurang lebih 30 menit dan umumnya tidak menimbulkan rasa nyeri selama pemeriksaan," kata dr. Tri.

Selain USG Karotis, ada metode lain yang mirip, yaitu USG Trans Kranial atau Trans Cranial Doppler (TCD) yang juga non-invasif dengan menggunakan gelombang suara. Metode ini bertujuan menilai ketebalan dinding arteri, memeriksa penyempitan atau sumbatan pada arteri-arteri otak, serta menilai kecepatan aliran darah yang melewati pembuluh darah arteri di dasar otak yang disebut sirkulus Willisi.

Adapun sirkulus Willisi bertugas menyediakan aliran darah kolateral (alternatif) untuk bagian depan dan belakang otak, mencegah kerusakan apabila terjadi penyumbatan atau kerusakan pada salah satu pembuluh darah otak.

"Pemeriksaan USG trans kranial juga menggunakan transducer USG yang ditempelkan di belakang kepala, daerah pelipis di atas tulang pipi, dan di atas kelopak mata secara bergantian," kata Dokter Silvester Christanto, Sp.S sebagai Dokter Spesialis Neurologi Mayapada Hospital Kuningan.

Serupa USG TCD, Transducer USG juga memancarkan gelombang suara yang ditampilkan dalam bentuk gambar bergerak di monitor. Pemeriksaan ini biasanya membutuhkan waktu antara 30-60 menit, di mana pasien biasanya tidak merasakan sakit apapun.

Penggunaan USG Trans Kranial direkomendasikan bagi pasien dengan kondisi yang memengaruhi aliran darah otak, seperti riwayat stroke, termasuk stroke mini atau TIA hingga stroke sumbatan (iskemik), juga mengalami migrain.

Kemudian, pasien dengan riwayat perdarahan pada lapisan pelindung otak (subarachnoid), pecahnya (ruptur) aneurisma otak yang menyebabkan kontraksi (spasme) pembuluh darah di otak, penyempitan pembuluh darah otak (stenosis), maupun mengalami tekanan dalam rongga otak (intrakranial) yang tinggi, anemia sel sabit yang menyebabkan darah mudah menggumpal, hingga gangguan dinding jantung (defek septum jantung) pada anak.

"USG Trans Kranial juga dapat dilakukan sebagai deteksi dini pada pasien yang memiliki risiko gangguan vascular seperti diabetes, hipertensi, merokok, penyakit jantung koroner, kolesterol tinggi, dan obesitas." lanjut dr. Silvester.

Penanganan gangguan pada arteri di otak maupun arteri karotis dipastikan dilakukan berdasarkan kondisi penyempitan. Apabila gangguan tergolong ringan dan sedang, pasien akan disarankan mengubah gaya hidup guna memperlambat pembentukan plak, diikuti konsumsi obat-obatan untuk mengendalikan tekanan darah dan kadar kolesterol.

Pada gangguan yang berat atau sudah sempat menyebabkan TIA maupun stroke, dokter akan mempertimbangkan tindakan invasif (bedah) untuk mengatasi sumbatan itu.

Para dokter Mayapada Hospital sepakat, pemeriksaan tetap perlu dilakukan sebelum stroke menyerang. Pasalnya, gangguan arteri di otak maupun pada arteri karotis tak selalu menimbulkan gejala.

Pemeriksaan itupun dapat dilakukan di Tahir Neuroscience Mayapada Hospital sebagai salah satu layanan unggulan Mayapada Hospital yang komprehensif untuk menangani berbagai gangguan saraf, otak, dan tulang belakang, mulai deteksi dini, diagnosis, tindakan neuro intervensi dan bedah saraf hingga neuro rehabilitasi, dengan dukungan tim dokter multidisiplin yang berpengalaman menangani beragam kasus saraf.

Tahir Neuroscience Center Mayapada Hospital juga menyediakan layanan Stroke Emergency selama 24 jam guna menangani kasus kegawatdaruratan stroke dengan pelayanan berstandar internasional, termasuk standar protokol penanganan stroke "door to needle" kurang dari 60 menit bagi pasien stroke sumbatan.

Tahir Neuroscience Center Mayapada Hospital memcatatkan rekam jejak banyak kasus kompleks yang membutuhkan tindakan advance seperti Digital Substraction Angiography (DSA), Trigeminal Neuralgia, Deep Brain Stimulation untuk menangani Parkinson, operasi saraf tulang belakang secara minimal invasif (minim sayatan), serta operasi tumor tulang belakang.

(rea/rir)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK