Buang air besar (BAB) setiap hari sering dianggap sebagai tanda sistem pencernaan yang sehat. Lantas, bagaimana dengan mereka yang tidak selalu BAB setiap harinya?
Faktanya, para ahli menyebut bahwa tidak semua orang memiliki jadwal BAB yang sama. Ada yang BAB tiga kali sehari, ada juga yang hanya tiga kali seminggu.
Selama proses pencernaan berjalan baik dan Anda tidak merasakan gejala yang mengganggu, maka frekuensi BAB tidak perlu dikhawatirkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melansir Eating Well, ahli gizi Amanda Sauceda mengatakan, tidak masalah jika Anda tidak BAB setiap hari, karena setiap orang memiliki definisi normal yang berbeda.
"Jika kita mengibaratkan buang air besar seperti membuang sampah, maka yang penting adalah memastikan hal itu terjadi secara teratur," kata dia.
Lagi pula, seseorang bisa tetap sehat walaupun hanya buang air besar tiga kali dalam seminggu, selama bentuk fesesnya normal dan tidak ada gejala seperti perut kembung atau sakit saat mengejan.
Faktor-faktor seperti pola makan, asupan cairan, tingkat stres, konsumsi obat tertentu, dan aktivitas fisik juga turut memengaruhi frekuensi BAB.
Tapi, apa sebenarnya yang terjadi dalam tubuh saat tidak BAB?
Setiap kali Anda makan atau minum, sistem pencernaan mulai bekerja memecah makanan menjadi nutrisi penting. Sisa dari proses ini akan ditampung di usus besar hingga akhirnya dikeluarkan. Jika proses ini tidak terjadi secara rutin, beberapa gejala tidak nyaman pun bisa muncul.
Ahli diet Jenna Volpe menjelaskan, feses yang tertahan di dalam usus bisa mengalami fermentasi, menyebabkan perut kembung dan gas berlebih.
Selain itu, feses yang terlalu lama berada di usus juga akan kehilangan kelembapan, menjadi kering dan keras sehingga sulit dikeluarkan. Hal ini dapat menyebabkan tekanan berlebih pada dasar panggul dan memicu wasir bahkan luka di sekitar anus.
![]() |
Meski terdengar mengkhawatirkan, tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim bahwa menahan BAB bisa membuat racun menumpuk dan meracuni tubuh.
Tubuh manusia, khususnya mikrobioma usus, memiliki sistem pertahanan yang sangat kuat. Prosedur pembersihan usus yang terlalu sering justru berisiko mengganggu keseimbangan bakteri baik di dalam usus.
Tidak BAB selama satu atau dua hari belum tentu masalah. Tapi, jika Anda tidak BAB lebih dari tiga hari dan mulai merasakan perut kembung, nyeri, atau feses sangat keras dan sulit dikeluarkan, maka itu bisa jadi pertanda sembelit.
Feses yang sehat umumnya berbentuk silinder menyerupai sosis atau pisang kupas, berwarna cokelat, dengan panjang sekitar 15-30 sentimeter (cm) dan diameter 2-5 cm. Perubahan pada bentuk, warna, atau frekuensinya yang disertai ketidaknyamanan perlu diperhatikan.
Jika Anda merasa sulit BAB, beberapa langkah sederhana ini bisa membantu memperlancar sistem pencernaan.
Konsumsi serat tinggi tanpa cukup air justru memperburuk sembelit. Air membantu melunakkan feses sehingga lebih mudah dikeluarkan.
Stres dapat memperlambat kerja usus. Koneksi antara otak dan usus sangat kuat. Jika pikiran Anda tegang, saluran cerna pun ikut terganggu.
Tambahkan makanan berserat seperti buah-buahan, sayuran, biji chia, dan biji rami ke dalam menu harian. Tapi ingat, selalu imbangi dengan cukup cairan.
Bergerak aktif, seperti berjalan kaki 20 menit sehari, bisa membantu merangsang kontraksi otot usus dan mempercepat pergerakan feses.
Jika cara alami belum cukup, suplemen seperti magnesium atau jus prune bisa membantu. Namun, konsultasikan dulu dengan tenaga medis.
(tis/asr)