Insiden kekacauan dalam penerbangan Xiamen Airlines MF8330 pada 8 Juli lalu mendadak viral setelah video dari dalam kabin menyebar luas di media sosial.
Dalam rekaman itu terlihat sejumlah orang memaksa masuk ke kelas bisnis demi mendapatkan foto aktor muda asal China, Tian Xu Ning, yang tengah menempuh penerbangan dari Changsha ke Fuzhou.
Aktor berusia 27 tahun ini memang tengah naik daun berkat perannya yang memikat dalam drama populer Revenged Love. Namun, ketenarannya justru membawa sisi kelam yang selama ini lebih dikenal dalam budaya selebritas Korea Selatan, yakni keberadaan 'sasaeng fan'.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Istilah 'sasaeng' berasal dari bahasa Korea, yang berarti 'kehidupan pribadi'. Namun, dalam konteks dunia hiburan, sasaeng fan adalah sebutan bagi penggemar obsesif yang melanggar batas privasi sang idola, sering kali dengan tindakan ekstrem, invasif, bahkan membahayakan.
Mengutip Antara, Profesor Kwak Keum-joo, pakar psikologi dari Seoul National University, menjelaskan bahwa fenomena sasaeng berakar dari kurangnya ruang ekspresi budaya dan hobi lain di kalangan remaja, terutama di Korea Selatan.
"Mereka tak punya banyak alternatif kegiatan. Obsesi terhadap idola menjadi satu-satunya saluran emosional mereka," kata dia.
Alih-alih sekadar menyukai karya atau kepribadian seorang artis, sasaeng fan mengejar validasi pribadi. Mereka ingin 'diakui' oleh sang idola, atau bahkan merasa memiliki hubungan khusus dengannya.
Meski istilah sasaeng lahir dari industri hiburan Korea, perilaku serupa kini merebak di berbagai negara, termasuk China. Kasus Tian Xu Ning menjadi bukti nyata bahwa fenomena ini tak lagi eksklusif pada dunia K-pop.
Dalam penerbangan tersebut, staf maskapai harus berjuang menghalau sekelompok penumpang yang nekat menerobos kabin kelas bisnis hanya untuk memotret Tian.
Insiden ini bukan kali pertama aktor tersebut mengalami gangguan. Dalam penerbangan lain, Tian juga dilaporkan menjadi korban perlakuan tidak menyenangkan dari penumpang lain, termasuk tuduhan memiliki kekasih dan anak secara diam-diam.
Tindakan semacam ini menunjukkan betapa batas antara kekaguman dan pelanggaran privasi bisa kabur dalam era digital, ketika siapa pun bisa mengakses, menyebarkan, dan memanipulasi informasi pribadi publik figur.
![]() |
Mengutip The Straits Times, banyak bintang besar di Korea Selatan yang telah lama menjadi sasaran sasaeng. Kim Jaejoong, mantan personel TVXQ, pernah mengalami trauma mendalam akibat aksi penguntitan berulang.
"Rasanya seperti ingin mati," katanya dalam sebuah wawancara di YouTube.
"Yang lebih menakutkan adalah, bahkan setelah dihukum, mereka bisa bebas dan membalas. Itu sebabnya banyak dari kami yang harus pindah tempat tinggal."
Jackson Wang, anggota GOT7, pernah mengalami kecelakaan mobil akibat dikejar taksi yang ditumpangi sasaeng.
Ada pula kasus penggemar yang menyusup ke rumah idola, berfoto di dalamnya, lalu mengirimkan foto itu kepada sang bintang sebagai 'bukti cinta'.
Lihat Juga : |
Sayangnya, perlindungan hukum terhadap korban sasaeng masih tergolong lemah. Di Korea Selatan, tindakan menguntit baru dianggap sebagai pelanggaran ringan dengan denda sekitar 100 ribu won (sekitar Rp1,2 juta). Di negara lain, penanganannya pun belum sepadan dengan bahaya psikologis yang ditimbulkan.
Menurut Kwak, selebritas perlu tegas memberi batas.
"Mereka harus berani menyuarakan penolakan, tidak menerima hadiah, tidak membiarkan perhatian berlebih. Perlu aturan yang jelas dan berani menindak," tegasnya.
Agensi dan media juga turut memegang peran penting. Alih-alih terus mengeksploitasi kehidupan pribadi selebritas demi klik dan eksposur, penting untuk mulai mempromosikan batas sehat antara idola dan penggemar.
(tis/asr)