Jepang Bentuk Badan untuk Tangani Overtourism dan Perilaku Turis Asing
Jepang telah membentuk sebuah badan administratif baru yang bertujuan untuk mengurangi dampak overtourism atau pariwisata berlebihan di negara tersebut.
Pembentukan badan ini menyusul kekhawatiran yang disampaikan oleh warga atas peningkatan pesat jumlah orang asing dalam beberapa tahun terakhir.
Kebijakan terkait warga non-Jepang kini menjadi isu utama dalam pemilihan nasional di Negeri Matahari Terbit pada Minggu (20/7) mendatang.
Pemerintah Jepang menyatakan bahwa badan baru ini akan berfungsi sebagai "menara kontrol" lintas-lembaga untuk menanggapi masalah-masalah seperti kejahatan dan overtourism yang melibatkan orang asing.
Jepang telah lama berusaha mempertahankan populasi homogen melalui undang-undang imigrasi yang ketat. Namun, negara ini secara bertahap melonggarkan aturan tersebut untuk melengkapi angkatan kerja yang menyusut dan menua.
Jumlah warga negara asing mencapai rekor sekitar 3,8 juta orang tahun lalu, meskipun angka itu masih hanya 3 persen dari total populasi.
Latar Belakang dan Kekhawatiran Publik
Pembentukan badan administratif ini terjadi setelah sekelompok anggota parlemen dari Partai Demokrat Liberal (LDP) Perdana Menteri Shigeru Ishiba pada Juni lalu mengusulkan langkah-langkah untuk mewujudkan "masyarakat yang hidup berdampingan secara tertib dan harmonis dengan warga negara asing."
Langkah-langkah tersebut mencakup penerapan persyaratan yang lebih ketat bagi warga asing yang beralih ke surat izin mengemudi Jepang dan untuk pembelian properti real estat.
"Kejahatan dan perilaku tidak tertib oleh beberapa orang asing, serta penggunaan sistem administrasi yang tidak tepat, telah menciptakan situasi di mana masyarakat merasa tidak nyaman dan tertipu," kata Ishiba pada upacara peluncuran, seperti dilansir Independent.
Menurut angka resmi, Jepang menyambut rekor 36 juta turis pada tahun 2024. Estimasi dari Organisasi Pariwisata Nasional Jepang mengungkapkan bahwa lebih dari 36,8 juta orang mengunjungi negara itu untuk tujuan bisnis atau liburan pada tahun 2024, melampaui rekor sebelumnya 31,88 juta pada tahun 2019.
Terjadi peningkatan signifikan pada pengunjung dari Amerika Serikat (AS), Eropa, Korea Selatan, Taiwan, dan Hong Kong.
Kekhawatiran atas masuknya orang asing, baik sementara maupun permanen, telah menarik perhatian pemilih. Jajak pendapat menunjukkan lonjakan pesat popularitas partai populis kecil Sanseito, yang mengadvokasi agenda "Jepang Pertama".
Jajak pendapat menunjukkan LDP dan mitra koalisi juniornya, Komeito, berada dalam bahaya kehilangan mayoritas mereka dalam pemilihan majelis tinggi pada 20 Juli mendatang.
(wiw)