Mengajarkan kedisiplinan ke anak tentu tidak mudah. Anda butuh dedikasi waktu yang tidak sedikit dan kesabaran penuh. Tanpa teriakan atau hukuman, berikut cara mendisiplinkan anak tanpa kekerasan tapi efektif.
Tak sedikit orang tua yang salah kaprah bahwa membentak dan memberikan anak hukuman bisa efektif mendisiplinkan anak. Anda tentu tidak asing dengan tren gaya parenting VOC di media sosial.
Cara-cara tersebut justru tidak efektif dan bisa berdampak buruk dalam jangka panjang. Teriakan dan pukulan yang berulang dapat menimbulkan stres dan trauma hingga anak tumbuh dewasa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut ahli pekerjaan sosial anak dan keluarga, Profesor Lucie Cluver dari Universitas Oxford, menggunakan metode yang tidak efektif sama seperti memberikan obat yang tidak menyembuhkan, malah membuat tambah sakit.
"Saat kita tahu sesuatu tidak berhasil, itu alasan yang cukup baik untuk mencari pendekatan yang berbeda," ujar Cluver, seperti dikutip dari Unicef.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mencari pendekatan disiplin yang lebih sehat dan positif. Pendekatan disiplin positif menekankan pentingnya membangun hubungan yang baik dengan anak serta menetapkan harapan perilaku secara jelas.
Berikut ini lima cara efektif mendisiplinkan anak tanpa teriakan atau hukuman.
Menghabiskan quality time secara khusus dengan anak sangat penting untuk memperkuat hubungan dan membangun komunikasi yang baik. Tidak perlu waktu lama, cukup mengobrol 5-20 menit setiap hari sudah sangat berarti.
Yang penting, Anda harus mendapatkan fokus dari anak tanpa gangguan, seperti televisi atau ponsel. Waktu khusus ini membuat anak merasa dihargai dan diperhatikan, sehingga mereka lebih terbuka dan mudah diajak bekerja sama.
Sering kali orang tua lebih fokus pada kesalahan anak dan langsung menegur atau memarahi. Padahal, anak justru membutuhkan afirmasi positif agar merasa dicintai dan spesial.
Anda harus lebih memperhatikan saat anak melakukan hal baik, sekecil apa pun itu. Ketika anak membereskan mainannya sendiri, misal, berikan pujian langsung pada momen itu.
Pujian tersebut dapat mendorong anak untuk mengulangi perilaku baik dan secara otomatis mengurangi perilaku yang kurang diinginkan.
![]() |
Anak perlu tahu bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi. Anda sebagai orang tua bisa menjelaskan dengan kalimat yang tenang dan tegas.
Contohnya, "Kalau kamu tidak membereskan mainan, kamu tidak boleh pakai mainannya sampai besok."
Konsekuensi tersebut harus benar-benar dilakukan agar anak belajar bertanggung jawab atas perbuatannya. Namun hindari mengambil sesuatu yang sangat dibutuhkan anak, misalnya makanan.
Selama perilaku anak tidak membahayakan diri sendiri atau orang lain, mengabaikan perilaku buruk anak bisa menjadi strategi efektif. Namun dengan catatan, anak sudah mendapatkan banyak perhatian ketika berperilaku baik.
Mengabaikan perilaku negatif mengajarkan anak tentang konsekuensi. Jika anak sengaja menjatuhkan kue, misal, maka tidak ada kue pengganti dan ia tidak bisa makan lagi.
Kalau mainan dilempar dan rusak, anak tidak bisa lagi bermain dengan mainan itu dan tidak ada penggantinya juga. Dengan cara ini, anak belajar sendiri untuk mengatur perilakunya tanpa harus dimarahi.
Mengutip dari Healthy Children, time-out merupakan cara mendisiplinkan yang berguna terutama saat anak melanggar aturan tertentu. Cara ini paling efektif jika diawali dengan peringatan bahwa time-out akan diberikan jika perilaku buruknya tidak berhenti.
Bagaimana cara melakukan time-out? Pindahkan anak ke tempat yang tenang dan membosankan selama durasi tertentu. Jangan biarkan mereka pindah dari tempat tersebut sebelum waktunya habis.
Untuk anak usia 3 tahun ke atas, Anda bisa membiarkannya menentukan sendiri kapan ia merasa siap keluar dari time-out, sehingga anak belajar mengelola emosinya sendiri.
Demikian beberapa cara mendisiplinkan anak tanpa kekerasan. Cara-cara ini jauh lebih bermanfaat untuk perkembangan emosional dan psikologis anak.
(rea/els)