Dalam dunia medis modern, pendekatan diet berbasis pangan nabati utuh atau whole food plant-based diet menjadi salah satu metode pengobatan yang menjanjikan. Dokter sarankan penerapan pola makan berbasis tumbuhan bagi penderita penyakit kronis. Apa manfaatnya?
Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah sekaligus konsultan jantung intervensi dari Heart and Vascular Center Bethsaida Hospital Gading Serpong Dasaad Mulijono mengatakan pendekatan ini tidak hanya bertujuan meredakan gejala, tetapi terbukti mampu membalikkan akar masalah penyakit kronis seperti jantung, hipertensi, hingga gagal ginjal stadium awal.
"Kita tidak bicara soal mengurangi gejala, tapi benar-benar memperbaiki kondisi dasar yang memicu masalah jantung dan hipertensi sejak awal," kata Dasaad ditemui di kawasan Gading Serpong, Tangerang, Kamis (17/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, banyak pasien menunjukkan perbaikan klinis signifikan hanya dengan mengubah pola makan dan gaya hidup tanpa ketergantungan terus-menerus pada obat.
Diet whole food plant-based ini menekankan konsumsi bahan makanan nabati yang utuh dan minim proses. Menunya termasuk sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, biji-bijian, dan umbi-umbian.
"Tidak termasuk dalam pola makan ini adalah daging, produk olahan hewani, makanan kemasan, dan gula tambahan," jelasnya.
Di Indonesia, pola makan seperti ini sangat memungkinkan untuk diterapkan. Sumber pangan berbasis nabati sangat melimpah, mulai dari tahu, tempe, hingga ragam kacang seperti kacang merah, kacang hijau, dan kacang hitam.
Rujak, kata dia, pun bisa menjadi salah satu contoh sederhana makanan berbasis plant-based yang nikmat dan sehat.
"Kalau Anda pernah pergi ke Australia atau Amerika, yang mahal itu justru sayur dan buah. Di kita, semuanya tumbuh dengan mudah, bahkan pakai hidroponik saja bisa panen. Kita ini sebenarnya kaya akan bahan makanan untuk plant-based," ucapnya.
Dasaad pun merinci sejumlah manfaat dari pola makan ini yang tak bisa dianggap remeh. Dia mencatat sejumlah perbaikan nyata pada pasien-pasiennya, mulai dari:
Pendekatan ini bekerja bukan hanya dengan menyehatkan jantung, tetapi juga menekan proses peradangan (inflamasi) yang menjadi akar banyak penyakit kronis.
![]() |
Meski nasi berasal dari tanaman, bukan berarti semuanya otomatis sehat. Menurut Dasaad, nasi putih sebaiknya dihindari dalam diet berbasis pangan nabati utuh, alasannya karena proses penggilingan telah menghilangkan lapisan kulit (bekatul) yang kaya serat dan nutrisi.
"Nasi putih sudah diolah, jadi yang tersisa hanya karbohidrat sederhana yang cepat meningkatkan kadar gula darah dan insulin. Ini memicu inflamasi dan sumbatan pembuluh darah," jelasnya.
Sebagai gantinya, Anda bisa mengkonsumsi nasi merah, nasi coklat, atau nasi hitam. Pasalnya, jenis beras atau nasi ini masih mengandung lapisan luar yang kaya serat. Jenis nasi ini termasuk dalam whole food karena belum melalui proses rafinasi.
Tak hanya nasi, olahan bubur juga sebaiknya dihindari karena memiliki indeks glikemik tinggi, artinya cepat diserap tubuh dan langsung meningkatkan kadar gula darah.
Dasaad pun memberikan beberapa alternatif nasi sebagai sumber karbohidrat kompleks, umbi-umbian adalah pilihan terbaik. Mulai dari kentang, ubi ungu, ubu kuning, hingga jali-jali.
"Bahan-bahan ini mengandung serat tinggi, lebih lambat dicerna, dan tidak menimbulkan lonjakan gula darah secara drastis," katanya.
![]() |
Berbeda dengan diet instan atau tren sesaat, whole food plant-based diet adalah pendekatan jangka panjang. Tujuannya bukan menurunkan berat badan semata, tapi memperbaiki kualitas hidup dan menekan risiko penyakit kronis di masa depan.
Kata Dasaad, Indonesia memiliki semua yang dibutuhkan untuk menerapkan gaya hidup sehat ini. Dari sumber bahan makanan hingga budaya kuliner nabati yang kuat, kini tinggal kemauan untuk berubah.
"Karena pada akhirnya, kesehatan bukanlah soal pantangan, tapi pilihan. Dan pilihan terbaik sering kali sudah tersedia di dapur Anda sendiri," katanya.
(tis/els)