Ramai karena Rendy Kjaernett, Apakah Kebiasaan Selingkuh Bisa Sembuh?

CNN Indonesia
Kamis, 24 Jul 2025 10:45 WIB
Aktor Rendy Kjaernett dikabarkan kembali melakukan perselingkuhan. Pertanyaannya, apakah kebiasaan berselingkuh bisa sembuh dan tidak terulang?
Ilustrasi. Selingkuh tak akan benar-benar bisa 'sembuh' jika akar permasalahannya tidak digali. (iStockphoto)
Jakarta, CNN Indonesia --

Rendy Kjaernett kembali jadi sorotan. Setelah sempat terbuka soal pengkhianatan dalam rumah tangga dan berusaha memperbaiki hubungan dengan sang istri, kini foto-foto mesranya dengan perempuan lain kembali beredar luas di media sosial. Rendy diduga kembali berselingkuh.

Lantas, apa benar seseorang yang pernah selingkuh akan kembali melakukan kesalahan serupa setelah dimaafkan oleh pasangannya?

Memaafkan pasangan yang berselingkuh memang bukan keputusan yang mudah. Namun, tak sedikit orang yang memilih untuk memberi kesempatan kedua, dengan harapan cinta dan komitmen bisa menyembuhkan luka.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tapi, bagaimana jika luka itu kembali terbuka karena kesalahan yang sama?

Psikolog Veronica Adelsa menyebut bahwa perilaku selingkuh bisa saja kambuh, atau dalam istilah psikologinya disebut relapse.

"Orang yang sudah paham perilaku yang seharusnya tidak dilakukan dan sudah berprogres menjadi lebih baik, tetap bisa mengalami relapse. Artinya, kita juga harus sadar bahwa itu [perselingkuhan] bisa terjadi lagi," kata Veronica dalam tayangan Secret at Newsroom CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.

Namun, memaafkan bukanlah kesalahan. Yang dibutuhkan adalah pemahaman yang lebih mendalam tentang apa yang memicu perselingkuhan, dan bagaimana mencegahnya terjadi kembali.

Mengutip berbagai sumber, beberapa penelitian psikologi menyebut bahwa kebiasaan berselingkuh memang bisa dipengaruhi oleh faktor genetik. Konon, gen bernama DRD4 polymorphism disebut memiliki kaitan dengan perilaku mencari sensasi, termasuk dalam bentuk infidelitas.

Namun, genetik bukanlah satu-satunya penentu. Ukuran dan varian gen, serta lingkungan, kepribadian, latar belakang keluarga, pengalaman masa kecil, kondisi psikis, hingga pergaulan turut memainkan peran apakah seseorang akan berselingkuh atau tetap setia dengan satu pasangan.

"Faktor risiko seperti latar belakang keluarga, misalnya orang tua juga selingkuh, rasa insecure, dan pengalaman masa lalu itu semua bisa memengaruhi. Inilah pentingnya berkonsultasi dengan profesional seperti konselor pernikahan, untuk mengetahui pemicunya dan melakukan pencegahan," tambah Veronica.

Kenapa orang selingkuh?

Young woman and man holding their hands behind the seatIlustrasi. Ada beberapa alasan yang membuat seseorang berselingkuh. (iStockphoto/1001nights)

Infidelitas adalah pengkhianatan yang paling menyakitkan dalam sebuah hubungan. Bagi banyak orang, kepercayaan adalah fondasi utama. Sekali hancur, sulit untuk membangun kembali.

Tapi, menariknya, alasan orang berselingkuh sering kali jauh lebih kompleks daripada yang terlihat. Ada yang berselingkuh karena tidak bahagia dalam hubungan. Ada yang melakukannya karena merasa tidak diinginkan, atau ingin memenuhi fantasi seksual.

Tapi seringkali, akar dari perselingkuhan bukan hanya karena pasangan atau hubungan itu sendiri, melainkan karena disconnected self, rasa ketidaknyamanan dan pergolakan dalam diri sendiri.

Orang yang pernah selingkuh bisa saja berubah jika mereka benar-benar ingin berubah. Perubahan membutuhkan proses panjang, keterbukaan, introspeksi mendalam, dan bimbingan profesional.

Tapi, jika akar masalah tidak pernah digali, permintaan maaf hanya akan menjadi janji kosong yang terulang kembali.

"Tanpa pemahaman terhadap penyebab dan latar belakang perilaku tersebut, maka kita hanya akan menekan emosi dan berpegang pada harapan. Padahal, dalam proses penyembuhan, memahami 'mengapa' adalah awal dari pemulihan," jelas Veronica.

Pasangan yang ingin memulihkan hubungan pasca-perselingkuhan juga harus siap menghadapi berbagai tantangan emosional, mulai dari kehilangan kepercayaan hingga rasa takut akan pengkhianatan yang berulang. Tanpa dukungan dan pemahaman bersama, kebiasaan lama bisa muncul kembali saat konflik datang.

(tis/asr)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER