Efektif! Ini Syarat Kerja Produktif Sambil Memutar Musik Menurut Sains
Perlu menyalakan musik selama bekerja? Anda tidak sendirian. Sebagian orang mengklaim perlu musik agar produktif. Sah-sah saja mendengarkan musik sambil bekerja tapi dokter ingatkan salah pilihan musik malah bisa ganggu konsentrasi.
Begitu tiba di meja kerja, tangan tak hanya meraih laptop dan botol air, tapi juga satu benda yang dianggap vital, earphone.
Tak bisa dipungkiri, perangkat audio seperti earphone, headphone, atau earbud kini telah menjelma menjadi bagian dari perlengkapan kerja harian. Pun bisa dibilang mereka sama pentingnya dengan kartu akses kantor atau catatan rapat.
Semua perlengkapan ini membantu banyak orang menghalau kebisingan dan menciptakan zona fokus pribadi di tengah hiruk-pikuk kantor.
Akan tetapi, seiring meningkatnya ketergantungan, muncul pula pertanyaan penting, apakah kebiasaan ini aman bagi telinga dan benar-benar membantu produktivitas?
Melansir India Today, banyak yang mengklaim bahwa mendengarkan musik membuat mereka lebih produktif. Namun, menurut sains, jawabannya tidak sesederhana itu.
Umesh T, Direktur Klinik dan Konsultan Senior Neurologi di CARE Hospitals, Hyderabad, menjelaskan bahwa musik memang bisa membantu seseorang fokus, terutama di lingkungan yang bising.
"Bagi sebagian orang, musik memberikan semacam 'penyangga' mental agar mereka bisa lebih berkonsentrasi," ujarnya.
Hanya saja, ada syaratnya. Sebaiknya dengarkan musik instrumental atau suara latar yang tenang. Kenapa? Musik demikian cenderung lebih efektif dibanding lagu dengan lirik, apalagi jika pekerjaan yang dilakukan melibatkan membaca atau menulis.
"Lagu dengan lirik bisa mengganggu proses berpikir yang butuh bahasa," tambahnya.
Selain musik, ada pula yang memilih mendengarkan brown noise, suara latar rendah dan stabil yang tidak memiliki nada atau emosi tertentu. Umesh mengatakan bahwa jenis suara ini dapat membantu otak tetap tenang dan fokus, terutama bagi mereka yang mudah terganggu oleh suara sekitar.
Kendati demikian, ia mengingatkan, jika otak terlalu terbiasa bekerja hanya saat ada suara tertentu, maka dalam keheningan, kemampuan fokus justru bisa menurun.
Perhatikan efek sampingnya
Di balik manfaatnya untuk konsentrasi, pemakaian earphone dalam waktu lama juga menyimpan sejumlah risiko. Dari iritasi ringan hingga gangguan pendengaran, semuanya mungkin terjadi, apalagi jika perangkat tidak digunakan dengan bijak.
Manjunath Mk, Konsultan Senior Bedah THT di Gleneagles BGS Hospital, Bengaluru, mengungkapkan bahwa pemakaian earbud yang terlalu lama dan terlalu dalam bisa menyebabkan luka mikro di liang telinga.
"Telinga memiliki mekanisme pembersihan sendiri. Saat kita sering memasukkan benda seperti earphone, lilin telinga bisa terdorong ke dalam dan menimbulkan iritasi atau infeksi," jelasnya.
Lebih dari itu, paparan suara buatan secara terus-menerus juga bisa mengubah cara otak memproses suara alami.
"Ketika suara lingkungan selalu ditekan atau dihindari, otak menjadi kurang terbiasa dengan rangsangan suara alami, dan ini dapat menyebabkan hipersensitivitas terhadap suara di dunia nyata," tambahnya.
Akibatnya, seseorang bisa menjadi lebih mudah terganggu atau tidak nyaman dalam suasana yang sebelumnya dianggap biasa saja.
Oleh karena itu, untuk menjaga kesehatan telinga dan kemampuan fokus, para ahli menyarankan aturan sederhana yang disebut aturan 60/60.
Aturan 60/60 yakni, mendengarkan dengan volume tak lebih dari 60 persen, dan tidak lebih dari 60 menit dalam satu sesi. Setelah itu, beri jeda sejenak untuk 'menyegarkan' gendang telinga.
Beberapa etika penggunaan earphone lainnya yang patut Anda terapkan, yakni:
- Beri waktu istirahat 5-10 menit setiap 30-60 menit.
- Jaga kebersihan earphone secara rutin.
- Hindari memasukkan earphone terlalu dalam.
- Kurangi volume saat mendengarkan.
- Sesekali cobalah bekerja dalam keheningan.