Psikolog Ungkap Penyebab Banyak Remaja Rentan Depresi

CNN Indonesia
Jumat, 01 Agu 2025 17:45 WIB
Remaja berada pada posisi rentan depresi. Beberapa hal jadi penyebabnya, termasuk menyoal emosi yang belum matang sempurna.
Ilustrasi. Emosi yang belum matang sempurna jadi salah satu penyebab banyak remaja mengalami depresi. (iStockphoto/Asia-Pacific Images Studio)
Jakarta, CNN Indonesia --

Remaja yang terlihat ceria, hadir setiap hari di sekolah, dan aktif bersosialisasi, belum tentu benar-benar baik-baik saja. Di balik senyum dan gelak tawanya, bisa jadi tersembunyi luka batin yang dalam dan tak terungkap.

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin baru-baru ini mengungkapkan bahwa sekitar 2 persen anak usia 15-24 tahun di Indonesia mengalami depresi.

Tak hanya itu, survei dari Center for Knowledge and Growth (CKG) menemukan bahwa 1 dari 10 peserta didik usia 13-17 tahun pernah mencoba bunuh diri lebih dari satu kali dalam 12 bulan terakhir sebelum survei dilakukan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Psikolog anak dan remaja dari Relasi Diri, Hilma Ramadina menjelaskan alasan kenapa banyak remaja yang mudah terkena depresi. Menurutnya, masa remaja adalah masa transisi yang kompleks dan pada tahap ini.

Mereka sudah tidak tergolong anak-anak, tetapi juga belum sepenuhnya dewasa.Mereka sedang menjalani proses pencarian jati diri, menghadapi perubahan hormon, tekanan sosial, hingga tuntutan akademik.

"Di saat yang sama, perkembangan otak bagian prefrontal cortex yang berfungsi untuk mengatur emosi, mengambil keputusan, dan mengelola stres belum sepenuhnya matang," ujar Hilma saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (31/7).

Kombinasi dari perubahan biologis, psikologis, dan sosial ini membuat remaja rentan mengalami kebingungan, ketidakstabilan emosi, bahkan krisis identitas.

Ketika kemampuan mereka dalam mengelola emosi belum matang dan tidak ditunjang lingkungan yang suportif, maka ekspresi emosi pun menjadi terbatas.

"Banyak remaja yang akhirnya menekan perasaan mereka sendiri. Mereka tidak tahu harus bicara kepada siapa atau merasa takut dihakimi jika jujur menyampaikan apa yang dirasakan," kata Hilma.

Upset teenage girl sitting on sofa and sharing sufferings with mother holding her handsIlustrasi. Depresi pada remaja sering kali tidak tampak secara kasat mata. (iStockphoto/shironosov)

Hilma menambahkan bahwa depresi pada remaja sering kali tidak tampak secara kasat mata. Banyak remaja yang tampak 'baik-baik saja', bisa tertawa bersama teman, tetap mengikuti pelajaran, tetapi sebenarnya sedang menyimpan luka batin yang tidak terlihat.

"Inilah mengapa kita sebagai orang dewasa perlu lebih peka. Kehadiran orang tua, guru, dan orang dewasa lain sangat penting dalam membangun ruang yang aman secara emosional. Bukan untuk menginterogasi, tetapi untuk mengajak mereka bicara dan merasa dimengerti," kata dia.

Menurut Hilma, sangat penting untuk mendampingi remaja memahami dan menerima emosi mereka. Bahwa merasa marah, sedih, kecewa, malu, semua itu adalah bagian dari menjadi manusia. Yang penting adalah bagaimana cara mengekspresikannya secara sehat, tanpa menyakiti diri sendiri maupun orang lain.

"Kita perlu sering mengingatkan bahwa penerimaan orang tua tidak bergantung pada keberhasilan anak. Mereka perlu tahu bahwa mereka tetap dicintai walau tidak sempurna," kata dia.

(tis/asr)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER