Bayangkan, akhir pekan yang menyenangkan baru saja berakhir, lalu alarm Anda berbunyi pukul 6 pagi di hari yang paling dibenci sejagat raya yakni Senin. Rasa tidak suka akan Senin ini rupanya dapat dijelaskan secara ilmiah lewat sebuah studi terbaru.
Senin jadi awal pekan yang baru sekaligus 'alarm' kembali ke realitas yang kurang menyenangkan buat sebagian orang. Entah harus kembali ke kantor atau bekerja dari rumah, tubuh dan pikiran langsung menyadari satu hal, minggu kerja dimulai lagi.
Rasa enggan, malas, bahkan cemas kerap menyergap. Namun benarkah semua orang merasakan hal yang sama? Atau Anda hanya terlalu dramatis setiap Senin pagi?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ternyata, jawaban ilmiahnya cukup melegakan. Sebuah studi terbaru dari University of Hong Kong yang diterbitkan di Journal of Affective Disorders menyimpulkan bahwa stres di hari Senin bukan hanya soal perasaan, melainkan tertanam dalam tubuh dan budaya kita.
Fenomena yang disebut sebagai anxious Monday atau Senin cemas ini ternyata tak hanya menyerang pekerja aktif.
Para peneliti menganalisis data lebih dari 3.500 lansia dalam sebuah studi longitudinal mengenai penuaan, dan hasilnya mengejutkan. Mereka yang sudah pensiun pun tetap merasakan lonjakan stres setiap hari Senin.
"Senin bertindak sebagai amplifier stres dalam budaya kita," ujar Profesor Tarani Chandola, penulis utama studi tersebut mengutip Real Simple.
"Bagi sebagian orang yang lebih tua, transisi pekan ini memicu reaksi biologis yang bisa bertahan berbulan-bulan. Ini bukan semata-mata soal pekerjaan ini soal betapa dalamnya hari Senin tertanam dalam fisiologi stres kita."
Hal yang paling mencolok adalah peneliti menemukan bahwa hari Senin secara unik mengganggu kerja poros hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA), sistem hormonal yang mengontrol kortisol, tekanan darah, insulin, hingga kekebalan tubuh.
Artinya, tubuh Anda benar-benar "siaga satu" setiap kali Senin datang, terlepas dari apakah Anda masih bekerja atau tidak.
Bukti biologisnya pun cukup kuat. Dalam studi tersebut, kadar hormon stres kortisol yang diukur melalui sampel rambut meningkat hingga 23 persen pada Senin. Tak hanya itu, risiko serangan jantung juga meningkat sekitar 19 persen pada awal pekan.
![]() |
Meski para peneliti berhasil mengidentifikasi bahwa sebagian stres berasal dari kecemasan yang dirasakan pada Senin, ternyata hanya 23 persen dari efek tersebut yang bisa dijelaskan secara pasti. Sisanya, sekitar 77 persen berasal dari komponen yang belum diketahui.
Hal ini menandakan bahwa ada faktor-faktor lain, mungkin bersifat sosial, kultural, atau bahkan evolusioner, yang membuat Senin terasa berat bagi banyak orang.
Jika setiap hari Senin Anda merasa lebih letih, lebih gelisah, atau lebih cepat kesal maka, hal itu wajar. Reaksi tersebut bukan hanya perasaan semata, melainkan bagian dari reaksi biologis dan budaya yang telah tertanam lama.
(tis/els)